Membumikan Islam Ramah Melalui Masjid Ramah Anak

0
21482

Oleh : Hafidz Maulana

Keberadaan masjid di masa lalu, menjadikan masjid pusat peradaban islam. Namun mengapa fungsi jaman sekarang seakan berkurang. Seolah masjid seperti di fungsikan hanya sebatas tempat peribadahan. Itu pun yang mendominasi kalangan tua. Kemudian anak-anak kemana sekarang?

Padahal masa Rasulullah masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat dakwah dan belajar. Di masjid juga terbiasa belajar banyak hal terutama ilmu agama. Bisa dibayangkan, betapa nikmatnya umat islam pada saat itu untuk belajar keilmuan agama di dalam masjid dan melahirkan intelektual hebat di masa itu.

Hal seperti inilah yang terasa hilang pada saat sekarang. Fungsi masjid terbatas kegiatan ibadah. Itupun hanya ramai saat salat Jumat saja. Jamaahnya pun hanya dari kalangan tua dan sepuh, yang menggenjot ibadah sebelum datangnya maut. Begitu jarang anak-anak muda baik usia sekolah maupun kerja berlalu lalang dalam masjid.

Padahal saat anak-anak rentang umur 6-10 tahun, mereka berbondong-bondong dan selalu hadir di tengah sepinya shaf di masjid maupun musala. Dengan penuh kecerian khas anak-anak, mereka datang ketika azan berkumandang tiba. Meskipun kerap dianggap mengganggu kekhusu’an sholat, harus di akui merekalah yang bakal meneruskan perjuangan meramaikan masjid nanti.

Pada usia sekolah dasar. Animo keingginan anak untuk ke masjid demikian tinggi. Apalagi teman sebaya banyak datang, jelas ini menjadikan masjid ataupun musala hal yang mengasyikan dan membahagiakan buat mereka. Jadi masa-masa inilah anak supaya diingatkan untuk ke masjid karena betapa indahnya pengalaman masa kecil mereka di masjid.

Memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi, jadwal sekolah mulai demikian padat. Praktis waktu mereka di rumah lebih sedikit ketimbang di sekolah. Waktu untuk pergi ke masjid atau mushola pun menyempit.

Ditambah lagi masa inilah teman sebaya yang datang ke masjid semakin sedikit. Pada usia sekolah menengah misalnya, lingkungan anak mulai dominan lebih merapat pada teman-teman sekolahnya. Mulailah kita mengenal teman masa kecil. Kondisi ini berlangsung hingga jejang berikutnya yakni kuliah.

Dari sinilah penting membumikan islam ramah melalui masjid ramah anak. Walaupun ada aturan yang demikian ketat berikut dengan turunan larangannya seperti dilarang bercanda, dilarang bermain di masjid dan lainnya, tentu mendorong motivasi anak untuk malas ke masjid.

Namun hal itu bisa di cari solusinya. Maka dari itu mengembalikan masjid sebagai pusat peradaban islam terutama ramah terhadap anak-anak sekarang. Apalagi masa kekhalifahan masjid sebagai pencetak manusia-manusia unggul dari segi agam dan sosialnya.

Karenanya, deklarasi masjid ramah anak, penting untuk digaungkan dengan harapan dapat lebih lama lagi anak berada di dalam masjid. Apalagi saat ini masjid harus bersaing dengan ponsel dan warung internet. Tentu ini bukanlah hal mudah.

Dari mereka, nanti peradaban Islam kembali bangkit. Kebangkitan yang dimulai dari memori indah ketika mereka berada di masjid.(*)

Hafidz Maulana

Penulis adalah santri Masjid Jami’ Baitul Muttaqin Sarirejo Demak dan santri Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus. Ia lahir di kota Demak.

CATATAN : Artikel ini dipublikasikan untuk kepentingan lomba, sehingga tidak dilakukan proses editing oleh pihak redaksi.

Comments