Kajian Makhtuthot di Pesantren Bukti Perkuat Identitas Keilmuan Islam

0
224
Salah satu sesi pelatihan kepengarangan turots Mesir Program Dana Abadi Pesantren Kementerian Agama RI 2024

Oleh: Muhammad Abu Nadlir

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam dengan akar budaya yang dalam, telah lama menjadi pusat pembelajaran agama dan pengembangan intelektual. Keberadaan pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mendalami ajaran agama, tetapi juga sebagai penghubung yang menjaga kelangsungan tradisi intelektual yang telah diwariskan oleh para ulama dari generasi ke generasi.

Salah satu aspek penting dalam menjaga kelangsungan tradisi ini adalah keberadaan makhtuthot atau naskah tulisan tangan, yang secara historis telah menjadi sarana utama dalam transmisi ilmu pengetahuan di dunia pesantren.

Makhtuthot, selain berfungsi sebagai sumber ajaran agama, memiliki makna yang lebih dalam dalam menjaga kesinambungan tradisi keilmuan pesantren yang kaya dan kompleks. Naskah-naskah ini bukan hanya berisi ilmu fiqih, tasawuf, aqidah, atau ilmu-ilmu lainnya, melainkan juga menyimpan nilai-nilai historis, metodologi intelektual, dan filosofi pendidikan yang sangat berharga.

Oleh karena itu, urgensi pelestarian dan pemanfaatan makhtuthot di pesantren saat ini menjadi sangat penting, baik dalam menjaga eksistensi tradisi keilmuan klasik maupun dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin maju.

Jembatan Penghubung antar Generasi

Sejak abad ke-19, pesantren telah menjadi pusat studi Islam yang kaya dengan manuskrip klasik, sebagian besar ditulis tangan atau makhtuthot. Keberadaan makhtuthot ini tidak hanya berfungsi sebagai bahan ajar, tetapi juga sebagai jembatan penghubung antara generasi lama dan generasi baru.

Dalam konteks ini, makhtuthot berperan sebagai medium yang memungkinkan transfer pengetahuan dari ulama-ulama terdahulu kepada generasi masa kini, sekaligus memastikan bahwa pemahaman terhadap ajaran Islam tetap autentik dan sesuai dengan konteks historisnya.

Namun demikian, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, tantangan besar muncul dalam menjaga keaslian dan otentisitas makhtuthot. Walaupun digitalisasi dapat membantu dalam pelestarian fisik naskah-naskah tersebut, ada kekhawatiran bahwa proses ini dapat mengaburkan keaslian dan dimensi historis naskah itu sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap makhtuthot, baik dalam bentuk fisik maupun digital, harus terus dijaga agar makna dan nilai keilmuannya tetap terpelihara dengan baik.

Makhtuthot, Pilar Pelestarian Tradisi Ilmiah

Sebagai sumber utama dalam pengajaran ilmu klasik, makhtuthot tidak hanya berfungsi sebagai dokumen sejarah, tetapi juga merupakan simbol dari tradisi intelektual Islam yang kaya.

Dalam konteks pesantren, makhtuthot sangat vital dalam menjaga keautentikan ajaran agama dan melestarikan metode berpikir ulama-ulama terdahulu. Melalui kajian mendalam terhadap makhtuthot, pesantren dapat memperkaya pemahaman terhadap ajaran fiqih, aqidah, dan tasawuf yang terkandung dalam teks-teks tersebut.

Selain itu, mempelajari makhtuthot di pesantren memberikan kesempatan bagi santri untuk mengenal lebih jauh metodologi dalam membaca teks-teks klasik. Pembelajaran ini tidak hanya mencakup aspek bahasa Arab klasik, tetapi juga konteks sosial, politik, dan budaya yang melatarbelakangi penulisan naskah tersebut.

Hal ini memungkinkan santri untuk memahami ajaran-ajaran Islam dalam kerangka waktu dan tempat yang lebih luas, serta menafsirkan teks-teks tersebut secara relevan dengan situasi zaman sekarang.

Tantangan Digitalisasi dan Upaya Pelestarian

Seiring dengan kemajuan teknologi, digitalisasi menjadi salah satu solusi yang diambil oleh banyak pesantren untuk melestarikan makhtuthot. Pemindaian dan pengarsipan naskah-naskah klasik dalam format digital memungkinkan naskah-naskah yang sudah rapuh dan berusia tua tetap terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang.

Digitalisasi ini membuka peluang bagi masyarakat luas untuk mempelajari naskah-naskah klasik pesantren yang selama ini terbatas aksesnya.

Namun, digitalisasi juga menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam menjaga akurasi dan otentisitas naskah. Proses digitalisasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa makna dan substansi dari teks tidak hilang atau terdistorsi selama proses tersebut.

Oleh karena itu, penting bagi pesantren untuk bekerja sama dengan ahli-ahli di bidang digitalisasi dan pengelolaan naskah agar proses ini berjalan dengan baik dan aman.

Makhtuthot dalam Pendidikan Santri

Bagi santri, mempelajari makhtuthot bukan sekadar kegiatan membaca teks, melainkan juga bagian dari pembentukan metodologi berpikir kritis dan intelektual. Santri yang mempelajari makhtuthot tidak hanya diajarkan untuk memahami teks secara harfiah, tetapi juga untuk mengkaji konteks di balik penulisan naskah tersebut.

Oleh karena itu, penguasaan terhadap makhtuthot di pesantren tidak hanya sebatas kemampuan membaca, tetapi juga keterampilan untuk menerjemahkan dan mentafsirkan teks-teks klasik dalam relevansinya dengan perkembangan zaman.

Sebagai contoh, dalam kegiatan seperti Hari Santri Exhibition yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Yasir Jekulo Kudus pada bulan Oktober 2024 dalam bentuk pameran naskah-naskah kuno yang ditulis tangan oleh ulama-ulama Kudus, yang meliputi berbagai disiplin ilmu seperti fiqih, falak, qiroah, hingga tasawuf, memberikan wawasan penting bagi santri dan masyarakat tentang kontribusi intelektual ulama nusantara khususnya di Kudus dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia.

Naskah-naskah tersebut, yang berusia ratusan tahun, tidak hanya memperlihatkan kekayaan ilmu, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi baru untuk terus menggali dan melestarikan warisan intelektual Islam.

Menjaga Warisan Intelektual

Dengan mempertahankan dan mengembangkan kajian makhtuthot, pesantren tidak hanya menjaga warisan intelektual yang telah ada, tetapi juga memperkuat identitasnya sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama secara tekstual, tetapi juga mendalam dalam pemahaman metodologinya.

Maka dari itu, penting bagi pesantren untuk terus menjaga kelestarian makhtuthot, baik dalam bentuk konvensional maupun dalam bentuk digital, agar tetap menjadi sumber ilmu yang dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.

Program-program pelatihan seperti Pelatihan Kepengarangan Turots di Mesir yang diselenggarakan oleh Program Dana Abadi Pesantren Kementerian Agama RI 2024 menjadi langkah strategis dalam memperkenalkan dan mendalami makhtuthot lebih jauh.

Melalui pelatihan ini, diharapkan akan lahir para ahli yang tidak hanya mampu melestarikan makhtuthot, tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan keilmuan Islam yang relevan dengan tantangan zaman.

Dengan demikian, makhtuthot di pesantren bukan hanya menjadi warisan intelektual yang harus dilestarikan, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan dalam dunia keilmuan Islam, serta sebagai media untuk memperkuat peran pesantren sebagai pusat pengembangan ilmu yang relevan dengan dinamika sosial dan intelektual yang terus berkembang. Wallahu A’lam Bish-Showwab. (*)

Muhammad Abu Nadlir,

Muhadlir Ma’had Aly TBS Kudus dan Peraih Beasiswa Non-Gelar Pelatihan Kepengarangan Turots Mesir Program Dana Abadi Pesantren Kementerian Agama RI 2024

 

Comments