
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Tidak sedikit narasi di media digital dan khususnya media sosial (medsos), yang menyudutkan, mengambinghitamkan serta mem-bully eksistensi pondok pesantren.
Sementara, dari pihak pondok pesantren, tidak banyak yang secara sadar ikut membangun narasi positif tentang pesantren, dan melawan narasi-narasi negatif yang banyak bermunculan di medsos.
Demikian di antara poin-poin penting yang disampaikan oleh KH A Ghaffar Rozin (Gus Rozin), saat menjadi pembicara kunci dalam halaqah interaktif pengasuh pesantren yang langsungkan di Aula Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, Kamis (24/10/2025).
“Memang banyak yang tidak suka pada pesantren dan banyak juga yang tidak paham pada pesantren. Saya tidak yakin, narasi yang mendegradasi pesantren, itu terjadi secara alamiah,” tuturnya dalam halaqah yang dihadiri ratusan pengasuh pesantren dari berbagai kabupaten/ kota di Jawa Tengah itu.
Yang lebih memprihatinkan, sebagaimana diutarakan oleh Gus Rozin dalam halaqah tersebut, bahwa institusi pesantren melawan narasi-narasi yang mendegradasi itu, tidak terkoordinasi dengan baik.
“Sementara mereka (yang tidak suka pesantren), punya buzzer dan gerakannya sangat sistematis,” ujarnya lebih lanjut.
Untuk itu, dia berharap agar semakin banyak sumber daya, yang kemudian agar tergerak ikut membangun narasi yang baik bagi pesantren.
Antara lain dengan menyiarkan tradisi-tradisi pesantren yang banyak orang di luar pesantren tidak memahaminya, seperti soal takziran dan juga ro’an di pesantren. “Takziran di pesantren, ini tujuannya adalah untuk mendewasakan,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam tradisi pesantren, ada tradisi ro’an. Yaitu sebuah tradisi yang melatih para santri untuk bergotong royong menyelesaikan suatu pekerjaan (aktivitas).

Sementara itu, nampak hadir dalam halaqah yang mengusung tema “Penceahan dan Penanganan Bullying dan Kekerasan Seksual” itu, antara lain KH M Ulil Albab Arwani, KH Ahmad Fadlullah Turmudzi (ketua RMI PWNU Jawa Tengah, KH Ahmad Nashih MAg.
Sedang selain Gus Rozin, hadir pula dua narasumber lain pada kesempatan itu, yakni Nyai Hj Prof Dr Arihah MAg (guru besar UIN Walisongo Semarang) dan Dr dokter Renni Yuniati SpDVE SubSpDT FINSDV FAADV MH. (ros/ adb, gie, rid)