Buka Luwur Mbah Sigawe dan Mbah Masnganten, Gus Muwafiq: Umat Islam Jangan Lupakan Asal Usulnya

0
348
Gus Muwaffiq ceramah di pengajian buka luwur mbah Sigawe dan mbah Mas Nganten

KUDUS, Suaranahdliyyin.com Pengasuh Pondok Pesantren Minggir, Sleman, Yogyakarta KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) menjadi penceramah dalam rangka buka luwur Mbah Sigawe dan Mbah Masnganten di area makam Dukuh Kebonalas Kecamatan Besito Kabupaten Kudus. Senin, (22/7/2024

Dalam mauidhah hasanah, Gus Muwafiq menerangkan bahwa orang Islam itu jangan sampai melupakan asal usulnya. Sebab orang Islam mempunyai kewajiban mendoakan dan berterima kasih kepada leluhur. Ia mengutip sebuah ayat Al-Qur’an QS Al-Hasyr Ayat 10, Wallażīna jā`ụ mim ba’dihim yaqụlụna rabbanagfir lanā wa li`ikhwāninallażīna sabaqụnā bil-īmān. Artinya Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami.

“Orang yang lebih muda harus mendoakan orang yang lebih dahulu (sesepuh) yang sudah ada sejak dahulu dan beriman. Dengan adanya Haul ini, orang-orang bisa ikut mendoakan dan menjaga petilasan/peninggalannya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gus Muwafiq menerangkan mengenai asal usul manusia yaitu Nabi Adam dan Ibu Hawa. Dahulu Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi berpisah dengan Ibu Hawa selama 300 tahun, dan dipertemukan kembali di Jabbal Rahmah.

“Kalau istilah sekarang adalah haul, orang Jawa zaman dulu kalau memanggil sesepuh mereka dengan sebutan dangyang, eyang, danyang, “terang Gus Muwafiq.

Kalau zaman dulu, tutur Gus Muwaffiq, ketika ada apa-apa pasti bertanya dengan danyang. Kalau dijawab danyang itu dingestokno. ngestokaken dawuhe poro danyang namanya dawuh ingkang dipundi-pundi. Sebab dawuh yang dipundi-pundi mulo danyang itu disebut pepunden. Rumahnya disebut punden. Sembayangi para sesepuh yang sudah meninggal upacaranya dinamakan sradha, maka jika dilakukan disebut nyadran. Kemudian datangnya Islam dengan perintah Fazuruha (ziarah kubur) .

“Orang meninggal itu jangan dilupakan, tapi diziarahi, orang Islam mudah karena di kuburkan, ” terang Gus Muwafiq.

Kemudian, orang meninggal juga dibawakan makanan yang banyak supaya dapat pahala dari makanan yang dikirim. Tetapi, jangan diberikan di kuburan tapi berikan kepada orang yang masih hidup supaya menjadi sedekah. Istilah dalam Jawa sradha nyadran, menjadi istilah sedekahan. Berhubung orang yang sedekah sudah meninggal di dalam bumi, maka ada istilah sedekah bumi.

“Orang meninggal itu juga bisa dikirimkan dengan bacaan al-Qur’an,” Tandasnya.

Sebelum mauidhah hasanah, Gus Muqafiq menyempatkan mengganti luwur kedua makam leluhur dukuh Kebonalas Besito Gebog Kudus tersebut. (Rishalia Qolifaun Janna, Mahasiswa PPL Prodi KPI FDKI IAIN Kudus 2024/adb)

Comments