Apel Kebangsaan, Habib Luthfi dan Gus Muwaffiq Ingatkan Pentingnya Menjaga “Merah-Putih”

0
5209
KH. Ahmad Muwaffiq, Habib Luthfi bin Yahya dan KH. Maemoen Zubair pada acara Apel Kebangsaan di Semarang

SEMARANG, Suaranahdliyin.com- Hadir dalam Apel Kebangsaan di Simpang Lima Semarang, Rais ‘Aam Idarah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Mu’tabarah an-Nahdliyah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menyampaikan syukur karena pada acara ini pemerintah sipil, TNI, Polri, para habib dan kiai beserta masyarakat bisa berkumpul.

“Kalau sudah berkumpul seperti ini, apakah masih ragu kekuatan Indonesia?” tanya Habib Luthfi kepada puluhan ribu umat dan masyarakat yang hadir, Ahad (17/03/19).

Kemudian Habib Luthfi menyanjung kiprah para pendahulu dalam menerapkan rasa handarbeni dan nasionalisme terhadap Indonesia. Menurut Habib Luthfi ajaran itu tercermin dalam ritual membangun rumah. Budaya para pendahulu ketika membangun rumah pasti tidak melupakan merah putih.

Habib Luthfi menambahkan, bendera kebanggaan Republik Indonesia itu selalu diikatkan pada blandar (tiang utama) penyangga atap rumah. Prosesi tersebut juga biasanya disertai dengan syarat-syarat lain yang menjadi simbol kemakmuran dan kesejahteraan pemilik rumah. Seperti padi, jajanan pasar, ingkung ayam, dan sebagainya.

“Ketika yang lain, ada padi dan sebagainya sudah habis, merah putih tetap utuh, ini memuat pesan bahwa sampai kapanpun Indonesia harus utuh dan kokoh,” tutur Mursyid Thariqah Syadziliyah ini.

KH. Ahmad Muwafiq menyampaikan orasi kebangsaan di Simpang Lima Semarang

Sementara itu, Syuriyah PWNU Yogyakarta KH Ahmad Muwaffiq, menyampaikan bahwa bendera merah putih adalah lambang kesatuan dan kebangsaan yang besar. Posisi bendera tersebut di Indonesia tidak boleh ditandingi oleh bendera lain, apalagi sampai berani menggantinya.

“Jangan sampai merah putih disaingi oleh bendera lain, karena merah putih adalah pemersatu dari sabang sampai merauke,” tegas Gus Muwaffiq, sapaan akrab KH. Ahmad Muwaffiq.

Bahkan, lanjut Gus Muwaffiq, jika baru-baru ini ada yang ingin mengganti dengan bendera tauhid tidak boleh. Alasannya karena sesungguhnya itu bukan bendera tauhid, akan tetapi bendera eks Hizbut Tahrir Indonesia.

“Kita tidak anti tauhid karena setiap hari kita gunakan kalimat tauhid. Kita hanya tidak setuju jika itu digunakan untuk mengubah bendera merah putih. Kalian boleh mengibarkan bendera Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan lain-lain asalkan disandingkan dengan merah putih. Jangan berani-berani mengganti merah putih,” tandasnya.(rid, adb/ros)

Comments