KUDUS, Suaranahdliyin.com – Banyak keistimewaan yang diberikan kepada seorang hamba yang mau bertadarus Alquran. Empat keistimewaan itu diantaranya ialah sakinah (ketenagan hati), rahmat yang melimpah, perlindungan dari malaikat, serta namanya selalu dibanggakan Allah dan selalu disebut-sebut oleh Allah dihadapan para malaikat.
Keterangan itu disampaikan oleh Pengurus Lembaga Batsul Masail PCNU Kabupaten Kudus, KH. M. Yusrul Hana Sya’roni (Gus Hana) pada pembukaan darusan umum Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Sabtu (25/04/2020) malam.
“Dalam kitab Faidh al-Qadir li al-Munawi, tadarus Alquran meskipun tidak dilakukan di masjid, tetap dapat empat keistimewaan tersebut,” kata Gus Hana.
Gus Hana menambahkan, saking istimewanya seorang muslim yang mau bertadarus Alquran, diibaratkan oleh Nabi Muhammad seperti utrujjah (buah jeruk). Baunya harum dan manis ketika dimakan. Buah yang disebut paling bagus di tanah arab. Buah ini punya keistimewaan berwarna indah, yakni kuning yang menyegarkan mata.
“Bapak saya dulu menyebutnya sebagai buah Jeruk Pepaya. Sebab baunya yang harum seperti jeruk, tapi rasanya manis, dagingnya lembut seperti papaya,” jelas putra KH. M. Sya’roni Ahmadi ini.
Sementara itu, lanjut Gus Hana, seorang mukmin yang tidak mau membaca Alquran diibaratkan seperti buah kurma. Yakni tidak berbau, tetapi manis ketika dimakan. Sedangkan orang munafik yang membaca Alquran seperti bunga telasih.
“Harum baunya tapi pahit rasanya. Namanya juga bunga, ya meskipun wangi tetap pahit rasanya, itu ibarat orang munafik yang mau membaca Alquran,” paparnya.
Sedangkan orang munafik yang tidak membaca Alquran, ibarat handolah. Tidak hanya buahnya saja, tetapi pohonnya juga jelek. Gus Hana juga menyebutkan pendapat ayahnya yang mengibaratkan handolah sebagai bolu tengik (kue bolu yang sudah basi atau berjamur-red).
“Jadi bukan hanya baunya saja yang tidak enak, rasanya juga pahit,” bebernya.
Gus Hana kemudian menjelaskan bahwa orang yang membaca Alquran akan tetap dapat pahala meskipun tidak paham artinya. Imam Ahmad bin Hanbal pernah bertanya kepada Allah tentang bagaimana cara bertaqarrub paling baik. Kemudian dijawab oleh Allah yaitu orang yang bertaqarrub dengan kalam Allah (membaca Alquran). Baik itu paham artinya ataupun tidak paham artinya.
“Makanya, mumpung di bulan Ramadan mari kita banyak-banyak membaca Alquran. Bahkan Nabi sendiri saat Ramadan juga sering menggelar tadarus Alquran bersama malaikat Jibril,” terang Gus Hana.
Hal itu kemudian dicontoh oleh hampir semua kalangan ulama dengan memperbanyak kesempatan untuk bisa khatam Alquran. Seperti Imam Syafi’i yang bisa khatam dua kali sehari. Lalu juga Imam Bakr bin Mudlor bisa khatam Alquran tiga kali sehari.
“Bahkan Imam Ibnul Katib atau Husain bin Ahmad, itu bisa khatam delapan kali sehari,” sebutnya.
Terlebih, imbuh Gus Hana menukil keterangan dalam Tafsir Showiy, bulan Ramadan memiliki dua perhiasan utama. Yakni perhiasan berupa Nuzulul Qur’an (diturunkannya Alquran) dan perhiasan berupa adanya Lailatul Qadr. Termasuk lagi keistimewaan Ramadan yakni perang pertama dan terakhirnya Nabi Muhammad berada pada bulan Ramadan.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Darusan Umum tahun ini digelar terbatas dan disiarkan secara langsung oleh Official Menara Kudus via Youtube, Facebook dan Instagram. Masyarakat umum tidak diperkenankan hadir langsung di majelis, akan tetapi bisa menyimaknya secara online melalui media sosial resmi milik YM3SK tersebut. (rid, gie/ adb, ros)