
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Kompleks makam Pangeran Puger di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kudus menjadi salah satu situs bersejarah yang masih dirawat masyarakat sekitar hingga kini.
Sosok yang dimakamkan di tempat tersebut adalah Raden Mas Kentol Kejuro, yang oleh masyarakat setempat lebih dikenal sebagai Pangeran Puger, putera ketiga Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam.
Makam Pangeran Puger dilindungi oleh tembok keliling, dengan gapura beratap sederhana di bagian depan. Tiang-tiangnya tersusun dari batu bata yang direkatkan semen, mencerminkan arsitektur tradisional Jawa yang masih terjaga keasliannya.
Di halaman depan cungkup makam, pengunjung akan menjumpai dua makam yang berdampingan.
Makam di sebelah kiri dengan atap limasan tumpang berukuran lebih besar merupakan petilasan Pangeran Puger. Sementara di sisi kanannya berdiri bangunan beratap limasan tanpa tumpang, yang merupakan makam isterinya, Raden Ayu Kuning.
Di dalam ruangan itu terdapat dua makam yang ditutup dengan kain mori putih sebagai simbol kesucian dan penghormatan. Nisan-nisannya juga diselimuti kain putih.
Menurut Mustain, warga sekitar, keberadaan Pangeran Puger di Kudus berkaitan dengan sejarah perselisihan yang terjadi di Kerajaan Mataram Islam.
“Pangeran Puger datang ke Kudus karena kekalahannya melawan adiknya, ketika memperebutkan tahta kerajaan Mataram. Setelah kalah, beliau diasingkan ke wilayah yang kini bernama Desa Demaan,” terangnya.
Mustain menambahkan, bahwa nama Demaan sendiri memiliki keterkaitan sejarah. “Demaan berasal dari kata Demak, karena Pangeran Puger saat itu merupakan adipati Demak. Dari situlah, sekarang desa di mana Pangeran Puger dimakamkan dikenal sebagai Desa Demaan,” tuturnya. (*)
Cintya Hidayatus Sholekah dan Mazidatul Chilmi, mahasiswa Prodi PBSI FKIP UMK.




































