
SEMARANG,Suaranahdliyin.com – Menghadapi perubahan teknologi yang berlangsung sangat cepat diperlukan kesiapan moral dan intelektual. Dalam merespon era kecerdasan artifisial (AI) harus dengan prinsip penyelarasan antara akal (al-‘aql) dan hati (al-qalb),
Penegasan itu disampaikan wakil ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah Prof. Hasyim Muhammad dalam kegiatan Sosialisasi Pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) yang diselenggarakan LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah di Hotel Amanda Hills Bandungan Semarang, Rabu (10/12/2925).
Hasyim menegaskan perkembangan kecerdasan artifisial tidak boleh hanya direspons dengan kemampuan teknis, melainkan juga dibarengi dengan kebijaksanaan etis.
“Ilmu pengetahuan modern, termasuk Koding dan Kecerdasan Artifisial, berakar pada tradisi nalar filosofis yang sama tuanya dengan filsafat itu sendiri.”tandas Hasyim.
Di hadapan para ketua LP Ma’arif kabupaten/kota se-Jawa Tengah itu, Prof Hasyim menyoroti peran lembaga pendidikan dan guru dalam membentuk generasi yang cakap secara teknologi sekaligus matang secara moral.
“Kredibilitas dan kemajuan bangsa dalam disiplin teknologi tinggi bergantung pada institusi pendidikan dan para guru,”tegasnya.
“Mereka adalah pionir intelektual pertama yang bertanggung jawab menyiapkan generasi yang mampu menyeimbangkan kecerdasan logis–algoritmik dengan kedalaman etika dan humanisme.”lanjut dia.
Kegiatan sosialisasi KKA yang berlangsung dua hari (10-11/12/2925) ini merupakan upaya LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah untuk memperkuat kapasitas para pendidik dalam memahami dan mengimplementasikan teknologi pembelajaran berbasis kecerdasan artifisial, sekaligus memastikan bahwa inovasi tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan.(lis/adb)









































