
Oleh Dr.Zulfikar Naftali,Sp.THT-KL(K),Msi.Med, FICS*
Suaranahdliyin.com – Meskipun dalam situasi pandemi COVID-19, puasa ramadan tetap harus dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Ada yang perlu diperhatikan , utamanya soal kesehatan tenggorokan saat awal Ramadan yang sering dialami oleh kebanyakan orang.
Bukan sebab apa, seringnya keluhan di tenggorokan saat Ramadan itu lebih banyak diakibatkan adanya perubahan pola makan. Hal itu menyebabkan produksi asam lambung (pepsin ) membutuhkan waktu untuk “beradaptasi”.
Karena pada saat pepsin itu diproduksi, lambung masih dalam keadaan kosong oleh sebab berpuasa. Akibatnya, asam lambung bisa mencapai tenggorok danmenimbulkan berbagai macam keluhan sementara. Berikut ini adalah berbagai keluhan yang di rasakan oleh oleh orang yang berpuasa.
-
Suara Serak
Pada usia lanjut, terkadang spingter atau isilah awamnya ‘klep’ yang melindungi pita suara mengalami kelemahan. Akibatya, asam lambung (pepsin) bisa bergerak dari lambung dan mengenai pita suara. Alhasil, terjadi peradangan pada pita suara dan menimbulkan suara serak.
-
Tenggorokan Terasa Panas Mengganjal
Asam lambung (pepsin) bisa juga “bergerak” ke atas sampai ke tenggorokan. Akumulasi pepsin ini menimbulkan sensasi ringan, bisa sebab adanya lender di tenggorokan, atau seolah ada benda asing di tenggorokan yang mengakibatkan rasa nyeri berkepanjangan. Ciri khas seseorang yang sudah mengalami ganguan ini adalah seringnya berdrehem sepanjang waktu.
-
Gejala Hidung Tersumbat
Apabila berkembang lebih lanjut, asam lambung dan pepsin bahkan bisa mencapai rongga hidung. Hal itu lah yang membuat hidung terasa “pengar” dan tersumbat.
-
Bau Mulut
Bau yang tidak nyaman selama bulan puasa, sudah di mengerti oleh semua orang. Rongga mulut yang biasanya “basah” oleh karena minum dan produksi kelenjar saliva, akan menjadi kering jika kita berpuiasa. Apabila di tambah dengan akumulasi asam lambung di rongga mulut, makan otomatis menimbulkan bau yang tidak nyaman.
Untuk mengatasi segala keluhan seperti yang telah disebutkan di atas, kita bisa mencegahnya dengan menerapkan pola hidup sehat. Diantaranya yaitu,
-
Menghindari Tidur Setelah Sahur
Aktivitas setelah sahur, sholat kemudian tidur menyebabkan posisi tenggorok dan lambung dalam satu garis lurus yang datar. Dengan sendirinya asam lambung dan pepsin bisa bergerak ke tenggorokan. Untuk itu, hendaknya kita bisa menahan diri untuk tidur setelah sahur selama empat jam. Barulah setelah empat jam berlalu kita diperbolehkan tidur bila memang memungkinkan.
-
Hindari Merokok Saat Sahur
Kata-kata ini mudah di ucapkan, tetapi sulit di terapkan. Intinya, merokok saat sahur memicu peradangan di permukaan lambung.
-
Jangan Makan dalam Porsi Banyak (Berlebihan)
Kebiasaan makan yang baik selama bulan Ramadan adalah bertahap. Buka puasa dengan minum yang manis, sholat magrib makan yang berkarbohidrat dan setelah sholat isyak bisa makan lagi. Pola makan “bertahap” ini mencegah produksi asam lambung dan pepsin agar tidak berlebihan.
- Hindari Makanan yang Pedas dan Asam atau Berkafein saat Sahur
Jenis-jenis makananan dan minuman ini sudah terbukti memicu peradangan lambung,jadi dihindari saja.
-
Boleh Pakai Obat Maagh
Beberapa literatur menyarankan pemakaian obat maag saat berpuasa. Namun, perlu diketahui pula bahwa efek kerja obat maag ada yang pendek ( 4 jam saja) ada yang panjang (long acting).
Semoga bermanfaat. []