Getuk Dalangan, Jajanan Tradisional Legendaris Asal Kudus yang Tetap Dilestarikan Hingga Kini

0
58
Penjual getuk dalangan tengah melayani pembeli

 

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Di Dukuh Dalangan, Desa Barongan, Kecamatan Kota Kudus, terdapat sebuah kuliner tradisional yang telah diwariskan lintas generasi, yaitu getuk dalangan.

Getuk dalangan adalah jajanan berbahan dasar singkong yang bukan sekadar makanan pasar biasa, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang menarik.

Salah satu warung getuk dalangan yang berada sekitar 150 meter dari Alun-alun Kudus ini, dikenal sebagai salah satu getuk paling legendaris.

Warung sederhana yang menyatu dengan rumah pemilik itu menampilkan aneka getuk yang ditata rapi di atas meja beralas daun pisang, mulai dari getuk lonjoran, potongan getuk warna-warni, dan masih banyak lagi.

Suwarni, pedagang getuk dalangan, menjelaskan, bahwa getuk dalangan sudah lama dikenal sebagai makanan khas daerah mereka.

“Gethuk dibuat dari singkong dan hanya ada di Kabupaten Kudus, tepatnya di Dukuh Dalangan. Ada aneka warna getuk dalangan, supaya pembeli lebih tertarik,” terangnya.

Lebih lanjut Suwarni mengutarakan, getuk dalangan diperkirakan sudah ada sejak sekitar 40 tahun lalu, sejak tahun 1981 oleh almarhum Bapak Kasmani, tokoh yang dikenal sebagai pencetus resepnya.

Proses pembuatan getuk dalangan masih dilakukan secara manual. Singkong dikupas, dikukus dengan daun pandan, kemudian ditumbuk hingga halus dan dicampur gula selagi hangat. Setelah itu adonan didiamkan sebelum dibentuk.

Dengan takaran besar, produksi getuk bisa mencapai 30 kg sekali proses. Harga satu porsi getuk juga sangat terjangkau, yakni sekitar Rp4.000 untuk campuran berbagai jenis getuk.

Disampaikan oleh Suwarni, bahwa bahan baku untuk membuat getuk dalangan didapatkan dari Pasar Kliwon, Lau dan Dawe. Mulai dari singkong, pisang tanduk, hingga daun pisang sebagai alas penyajiannya.

“Beberapa jenis getuk yang dijual ada ketan putih, sawut, tiwul, utri/ jongkong, getuk dalangan. Pembeli biasanya membeli hingga 10 porsi. Banyak pula pelanggan yang datang karena warung ini terkenal lewat unggahan media sosial,” ujarnya.

Cintya Hidayatus Sholekah, mahasiswa Prodi PBSI FKIP UMK.

Comments