Seniman Tutur Kenalkan Nilai-nilai Islami Melalui Cerita Dongeng

0
650
Pegiat seni dongeng Dono sedang bercerita di hadapan pelajar MI

KUDUS, Suaranahdliyin.com – MI Raudlatut Thalibin Sambung, Kecamatan Undaan, Kudus mengadakan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw dan satu abad NU dengan cara yang sedikit berbeda. Jumat pagi (17/2/2023), ratusan siswa-siswi memperingati kisah turunnya kewajiban sholat lima waktu ini dengan berdongeng.

Dengan menghadirkan pegiat Seni Tutur Tsummakala, Dono, anak-anak diajak bercerita dan menyelami kisah Isra Miraj dengan cara yang asyik dan menyenangkan. Ia membawakan kisah perjalanan Nabi Muhammad melakukan perjalanan dan menyampaikan nilai-nilai islami lewat dongeng lucu yang mudah ditangkap oleh anak-anak.

Dono mengatakan, dongeng bisa menjadi metode belajar dan sarana edukasi yang mudah ditangkap oleh anak-anak. Menurutnya, pembelajaran nilai-nilai islami dengan metode dakwah atau ceramah sudah terlalu biasa dan menjenuhkan bagi anak-anak.

Meskipun tanpa alat peraga, anak-anak secara keseluruhan bisa menangkap cerita dan pesan-pesan peristiwa Isra Miraj yang dibawakan Dono. Hal ini, kata dia, menjadi salah satu keunggulan metode belajar melalui dongeng.

“Cerita-cerita yang disampaikan bisa ditangkap anak-anak, dan antusiasnya juga luar biasa. Apalagi kami juga membawakan karakter-karakter di setiap cerita, mulai dari lucu, galak, tegas, ini suatu hal baru bagi anak-anak,” ujarnya di lokasi, Jum’at (17/2/2023).

Banyak pesan moral dan nilai-nilai islami juga bisa diterima oleh anak-anak dengan baik. Pesan-pesan yang disampaikan dari peristiwa Isra Miraj ini, kata Dono, antara lain mengenai perintah kewajiban menjalankan sholat lima waktu, ajaran berbuat baik, saling membantu, rajin belajar dan sebagainya.

“Kami munculkan suara-suara lucu, karakter anak, artinya interaksi dengan anak-anak lebih banyak. Dari sitymu kita bisa menyisipkan nilai-nilai islami dari peristiwa ini,” jelasnya.

Dirinya berharap, ke depan kesenian berbasis dongeng mulai disadari keberadaannya oleh masyarakat. Terlebih, Seni Tutur Tsummakala yang menjadi cabang kesenian di Kampung Budaya Piji Wetan, bisa lebih diterima dan menyebar luas sebagai sarana edukasi yang menyenangkan, baik di Kudus dan sekitarnya.

“Semoga dongeng ini lebih diperhatikan, ternyata ada metode dongeng, bisa diterapkan untuk anak-anak, lebih seru dan menarik,” harap Dono.(sim/adb) 

Comments