Masyarakat mengenalnya sebagai Langgar Bale Panjang atau Musala Sunan Kalijaga. Warisan bersejarah yang mestinya dicatat sebagai cagar budaya.

GROBOGAN, Suaranahdliyin.com – Bangunan itu terbuat dari kayu. Luasnya sekira 8 x 8 meter. Melihat dari wujudnya saja, sangat mudah menerka, jika bangunan itu umurnya sudah sangat tua.
‘’Masyarakat sini menyebutnya sebagai Langgar Bale Panjang, atau sering dikenal pula dengan Musala Sunan Kalijaga,’’ terang Kiai Habibillah Zen, pengasuh Pondok Pesantren Al-Islah Tanggungharjo, Grobogan, Rabu (12/12/2018).
Menurutnya, langgar yang berada di RT 05 RW II di Dusun Krajan itu, dibuat istirahat oleh Sunan Kalijaga sewaktu mencari kayu untuk keperluan pembangunan Masjid Agung Demak, waktu itu.
Di sela-sela mencari kayu itu, Sunan Kalijaga membuat langgar ini. ‘’Selain untuk salat, juga untuk beristirahat,’’ ungkapnya. Berdasarkan pengamatan Suaranahdliyin.com, selain bangunan langgar, salah satu hal yang menarik lagi adalah kentongan, yang oleh masyarakat diyakini juga peninggalan Sunan Kalijaga.
Namun demikian, langgar ini dulu ‘’pernah vakum’’, karena lebih banyak dimanfaatkan oleh sekelompok masyarakat yang belum memahami Islam secara benar. ‘’Akhirnya, datang simbah KH. Syarqowi yang mengajarkan Islam kepada masyarakat setempat,’’ tuturnya.
Lambat laun, kata Gus Habib –sapaan akrab Kiai Habibillah Zen- Langgar Bale Panjang pun kembali dipergunakan oleh masyarakat untuk salat jamaah dan pengajian-pengajian. ‘’Karena jamaah semakin banyak, bangunan langgar ini diperluas, hanya saja bangunan lamanya tidak dihilangkan,’’ tuturnya.
Tradisi yang Menyatukan
Selain peninggalan berupa bangunan, keberadaan Langgar Bale Panjang ini juga ‘’menghadirkan’’ tradisi unik dan menarik di tengah-tengah masyarakat, yang digelar setiap Apit (bulan dalam penanggalan Jawa.

‘’Setiap Apit ada penyembelihan kerbau oleh masyarakat sekitar langgar. Masyarakat kemudian menggelar selamatan di langgar secara bersama-sama. Puncaknya, biasanya ada pengajian umum,’’ terang Gus Habib diamini beberapa warga.
Bagi Gus Habib, selametan di Langgar Bale Panjang ini menjadi tradisi positif, yang mesti dijaga dan dilestarikan. ‘’Selametan ini satu sisi mengajarkan umat untuk bersedekah dan hidup rukun. Ini sangat selaras dengan ajaran Islam, sehingga tradisi ini harus dirawat keberlangsungannya,’’ ungkapnya. (rosidi)