Karakter Religius Kontribusi Ampuh Gen. Z Dalam Menyongsong Indonesia Emas

0
1593

Oleh Noor Farida, S.Ag

Sudah tidak asing ditelinga kita istilah GenerasiNet atau generasi internet atau lebih keren dengan istilah Gen.Z. Dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) dibedakan 5 generasi manusia berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964; (2) Generasi X, lahir 1965-1980; (3) Generasi Y, lahir 1981-1994, sering disebut generasi millennial; (4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut juga iGeneration, GenerasiNet, Generasi Internet), dan (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Kelima generasi tersebut memiliki perbedaan pertumbuhkembangan kepribadian. https://www.silabus.web.id/generasi-z-berdasarkan-teori-generasi

Saat ini generasi X dan Y rata-rata sudah berkeluarga, merekalah yang saat ini menjadi pemain dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dengan berkiprah sesuai dengan profesinya masing-masing. dan anak-anak merekalah yang merupakan generasi internet atau Gen.Z, yang lahir dan tumbuh pada era digital native. Melihat kemajuan teknologi digital yang sangat dahsyat sebagi orang tua, mereka seperti buah simalakama dalam bertindak. Satu sisi teknologi digital memang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dunia seakan dalam genggaman gawai yang memudahkan semua urusannya. Namun di sisi lain banyak dampak negatif yang membawa Gen.Z terperosok dalam kemerosotan moral/akhlak. Dari sinilah peran orang tua, guru dan masyarakat sangat dominan dalam memberikan bimbingan arahan dalam penggunaan teknologi digital tersebut dengan bijak.

Keteladanan atau Uswah orang tua dengan cara bil hikmah wal mauidlotil hasanah yaitu dengan perkataan yang benar dan nasihat yang baik, adalah keharusan yang kita berikan pada anak. Kita tidak boleh bosan untuk menasihati dalam bahasa jawanya kita harus jueh untuk mengingatkan hal-hal yang baik, misal sering mengatakan,”gunakan gawai sesuai kebutuhan, pilihlah fitur-fitur yang bermanfaat, dan pandai pandailah bagi waktumu”.Sehingga mereka mampu tetap berakhlaq dalam berteknologi digital, yang akhirnya membuahkan karakter baik, utamanya karakter religius yang dinampakkan. Karakter menurut pusat Bahasa Indonesia dalam Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama adalah Bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, tabiat, temperamen,watak. Sedangkan Religius berasal dari kata dasar religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk darin kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia ( Thontowi dalam Hakikat Religiusitas, 2012).

Dalam pokok ajaran Islam dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni Aqidah (keyakinan), Syariah (aturan-aturan hukum ibadah dan muamalah), dan Akhlaq (karakter).Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi. Aqidah merupakan fondasi yang menjadi tumpuan terwujudnya syariah dan akhlaq, sedangkan syariah merupakan bentuk bangunan yang hanya bisa terwujud bila dilandasi aqidah yang benar. Dan akhlaq / karakter merupakan hasil atau akibat terwujudnya bangunan syariah yang benar yang dilandasi oleh fondasi aqidah yang kuat. Sehingga muara atau tujuan akhir ajaran agama adalah sikap dan perilaku umat beragama yang berkarakter mulia. Sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih,”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia (HR Bukhori). Semua aturan agama baik yang berupa perintah maupun larangan adalah dalam rangka mewujudkan sikap dan perilaku manusia berkarakter mulia. Jika semua perintah agama dapat dilaksanakan dengan benar dan semua larangan agama dijauhi secara total, maka karakter mulia ( Akhlaqul karimah) atau karakter religius akan muncul dengan sendirinya, sehingga diharapkan para generasi Z mampu hidup di era teknologi digital dengan akal dan hati yang seimbang. Sehingga bisa penulis gambarkan alangkah damainya dunia ini.

Karakter religius inilah yang nantinya mampu menjadi perisai dan kontribusi yang ampuh bagi generasi Z dalam menyongsong Indonesia Emas tahun 2045 yang akan datang, disamping skill yang harus mutlak dimiliki, dan etos kerja tinggi. Kecerdasan intelektual haruslah diimbangi dengan kecerdasan emosional religius, sehingga menjadikan Agama sebagai pedoman dalam berprilaku, apapun agama yang dianutnya, sebagai dogma kita wajib meyakini dan menjalankan syariat agama kita masing-masing dengan baik dan benar,sehingga betul-betul mampu menjadikan agama sebagai sumber moral dan akhlaq mulia dalam kehidupan. Sehingga tercipta insan-insan cendekia yang berilmu amaliah beramal ilmiah yang mampu menerima estafet kepemimpinan pada zamannya. aamiin

Noor Farida, S.AgP

Penulis adalah Guru SMP 5 Kudus tinggal di Sudimoro Karangmalang Gebog Kudus

Catatan:
Artikel ini dipublikasikan untuk kepentingan lomba, sehingga tidak dilakukan proses editing oleh pihak redaksi.

 

 

Comments