
PEKALONGAN, Suaranahdliyin.com – Rais Aam Jam’iyyah Ahli Thariqah Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya menjelaskan peranan makrifat dalam takaran minimal (awam). Demikian itu dijelaskannya dalam Majelis Dzikir dan Ta’lim rutinan Kliwonan di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Jumat (01/11/19).
Seperti biasanya, pengajian pagi itu terlebih dahuli diawali dengan pembacaan maulid oleh Azzahir dilanjutkan dzikir mujahadah yang dipimpin langsung oleh Habib Luthfi.
Setelah itu, barulah Ketua Forum Ulama Sufi Sedunia itu menyampaikan nasehat kiai mushonnief kitab Jami’ul Ushul fi Thariqatil Auliya’ tentang peranan makrifat.
“Bagaimana peranan makrifat kepada Allah pada tingkatan yang tinggi tidak berani kami sampaikan kepada umum,” kata Habib Luthfi mengawali tausyiyahnya.
Tetapi, lanjut Habib Luthfi, bagaimana peranan makrifat dalam tingkatan yang lebih rendah, bilamana makrifat itu semakin tambah akan menyelamatkan seseorang dari tipu daya nafsu.
“Tandanya bilamana makrifat itu semakin tambah, kita akan mengetahui tipu dayanya nafsu, tetapi apabila makrifat itu melentur kita akan mudah terombang ambing nafsu,” jelas Mustasyar PBNU itu.
Contoh kecilnya, menurut Habib Luthfi bisa dirasakan ketika selesai makan biasanya seseorang akan mengucapkan hamdalah. Namun itu belum cukup sebab sebagian besar yang mengucap hamdalah itu sebab merasa sudah kenyang.
“Dari kenyang itu kira-kira nembus atau tidak kepada yang menciptakan kenyang?
Sehingga di dalam makan kita itu banyak membawa kita kepada ibadah dan ingat kepada Allah, itu lah makrifat,” sebutnya.
Ukuran sederhananya yakni dengan sesuap nasi kita akan bertambah syukur. Tetapi tantangannya syukur adalah mampukah kita tambah taat kepada yang menciptakan nasi?
“Dan seterusnya itu tinggal bagaimana kita memaknai dan mengarahkan syukur itu supaya lebih taat beribadah kepada Allah,” tandasnya.(rid/adb)