
PEKALONGAN, Suaranahdliyin.com – Rais Aam Jam’iyyah Thoriqoh Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya menerangkan esensi ajaran tasawuf yang dicontohkan dalam bersuci (thaharah). Menurut Habib Luthfi, buah dari bersuci secara benar sesuai syariat dan tarekat akan menghasilkan perilaku baik seperti gemar bertaubat.
“Dan kalau orang terbiasa bertaubat, akan biasa mengaku salah. Kalau sudah banyak mengaku salah, ia akan jauh dari sifat sombong. Itulah Buah dari adanya taubat,” ujar Habib Luthfi dalam Majelis Pengajian Rutin Jumat Kliwon di Kanzus Sholawat Kota Pekalongan, Jumat (16/09/22).
Habib Luthfi menanyakan kepada jamaah perihal sejauh mana kita sudah bisa bersuci sesuai syariat atau belum. Karena sejatinya, syariat bukan hanya sekedar disampaikan dengan kata-kata. Tetapi juga harus ada contoh spesifik dari ulama-ulama.
“Apakah kita secara fikih, wudlu kita sudah banyak benarnya atau tidak? Kalau tidak ada yang memberi contoh, membasuh muka ini sudah sesuai atau belum batasan-batasannya kita tidak tahu,” kata Ketua Forum Ulama Sufi Dunia ini.
Termasuk pula, imbuh Habib Luthfi, banyak yang tahu kalau rukun wudlu itu enam. Tapi sudah benar belum itu pelaksanaannya, diajarkan atau tidak di musala-musala di desa? Malah Imam Hanafi itu justru menekankan pada cara membasuh telinga karena ada lekukan-lekukannya.
“Itu semua perihal wudlu atau bersuci adalah laku syariat yang jika dilakukan secara benar akan terkandung esensi thariqah berupa taubat,” tandas Habib Luthfi menguatkan.
Disampaikan pula dalam kitab Jami’ul Ushul fi Thariq al-Auliya’ bahwa termasuk beberapa pembagian tasawuf yang pertama ialah taubat.
Dan taubat itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama, taubat umum yaitu bertaubat dari segala dosa dan keburukan. Kedua, taubat khos, yaitu membersihkan hati dari melihat perkara selain Allah. Ketiga, taubat akhos yaitu terhanyutnya hati kepada Allah Ta’ala dan tidak berpaling dari selain Allah.(rid/ros)