
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Sanad dalam ilmu ibarat senjata yang digunakan untuk berperang. Sebagaimana tentara perang menggunakan senjata, sanad juga digunakan untuk mempertanggungjawabkan keilmuannya.
Hal tersebut dijelaskan oleh KH. Ali Mas’adi, wakil Rais Aam Jamiyyah Ahli Toriqoh Almutabaroh Annahdiyah Kudus ketika mengisi mauidhoh hasanah dalam acara peringatan Haul KH. M. Irsyad Ke- 83 & KH. M. Ma’ruf Irsyad Ke- 13 beserta Masyayikh Pon Pes Raudlatul Muta’allimin Janggalan, Langgardalem, Kudus.
Kiai Ali Mas’adi menerangkan bahwa sanad dalam ilmu sangat penting. Santri yang belajar ilmu agama kepada guru-guru yang bersanad ke Waliyullah sehingga yang diajarkan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain guru yang bersanad, juga dianjurkan untuk belajar dari kitab-kitab yang masih asli dan sanadnya jelas. Sebab, belakangan ini banyak kitab-kitab ilmu yang sudah dirombak dan diubah. “Kitab-kitab katah sing dirombak, khususe Ahlusunah lan Wahabi, ribuan kitab cetakan itu berubah,” terang Kiai Ali, Kamis (2/3/2023) malam.
Ia juga menambahkan, ketika santri ngaji (belajar ilmu agama, red) tanpa melihat sanad ilmunya, maka bisa merugikan santri itu sendiri. Sebab, ilmu yang dipelajarinya belum jelas kebenarannya dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ia pun menuturkan bahwa yang paling mendorong dalam belajar, khususnya ilmu agama adalah apa yang menjadi kebutuhan di masyarakat, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. “Kebutuhan saya di masyarakat itu untuk apa, saya harus bisa mencapai itu. Jika tidak ada dorongan itu, akan sulit,” pesannya.
Kiai Ali Mas’adi pun mengajak jamaah yang hadir, untuk mengembalikan kebiasaan, cara-cara dan kejayaan Nahdlatul Ulama. “Memperhatikan sanad, takzim kepada guru, dan memperhatikan kitab-kitab juga dilakukan oleh ulama NU,” tuturnya. (sim/ rid, adb)