Cek Progres Kegiatan
PCNU Boyolali Selenggarakan Silaturahmi Rutin Bergilir di MWCNU

0
280
Silaturahmi bersama Lembaga, Badan Otonom (Banom), dan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) se-Kabupaten Boyolali di NU Center Wonosegoro, belum lama ini

BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Boyolali selenggarakan silaturahmi bersama Lembaga, Badan Otonom (Banom), dan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) se-Kabupaten Boyolali di NU Center Wonosegoro, Ahad (10/8/2025).

Dalam silaturahmi rutin bulanan bergilir per MWCNU ini diisi laporan kemajuan program dan kegiatan di PCNU, MWCNU, Lembaga, dan Banom.

Menurut Rais Syuriah PCNU Boyolali, KH Ahmad Charir, dibutuhkan kerukunan, kekompakan, dan bersatu demi melayani atau berkhidmah dan menyelesaikan masalah warga NU.

Persoalan warga NU, kata Kiai Charir, di antaranya bidang pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan. Ikhtiar memberikan solusi masalah tersebut merupakan aktualisasi dari penjabaran program NU.

Kiai Charir mengutarakan, perlu pembentukan pengurus NU sampai Anak Ranting, untuk menjadi “pasukan” penting mengamankan program dan kegiatan.

Seperti untuk memperkuat Lembaga Pendidikan (LP) Maarif, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) NU Arofah Boyolali, dan simultan menyukseskan pelaksanaan Kotak Infaq (Koin) NU.

“Alhamdulillah, setapak demi setapak Klinik Simo telah terwujud. Menyusul nanti Klinik Taman Sari. Terus bergulir demi kejayaan, kebesaran, dan berkhidmah kepada warga Nahdlatul Ulama,” tuturnya.

Ditambahkan Kiai Charir, supaya mengambil hikmah filsafat semut kecil yang kuat (gotong-royong) mengangkat roti. Koin itu, jelasnya, sangat kecil tapi kalau terkumpul besar akan menyelesaikan persoalan besar.

“Kami prihatin ada guru gajinya masih Rp 300 ribu. Ini kalau untuk perempuan buat beli bedak tidak cukup, apalagi beli bensin dan sebagainya. Maka semua itu akan kita ikhtiarkan melalui Koin NU,” ujarnya.

Maka Kiai Charir pun mengajak menata manajemen organisasi sebaik mungkin dan terus optimis. Orang lain bisa, kita pun bisa.

Maka Koin NU harus sukses sebagai salah satu alat usahakan menyelesaikan problem sosial: pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.

Lebih lanjut disampaikan, bahwa dalam berkegiatan harus seirama yang diatur dengan manajemen yang baik. Kalau tidak diatur aturan yang disepakati bisa saja koin yang terkumpul didistribusikan pada ranah yang tidak tepat.

“Mari kita bersama kompak bersatu rukun, seperti pertemuan rutin ini tidak membedakan siapapun, seluruh pengurus dan banom kita berkoordinasi dan berkonsolidasi,” ajaknya dalam silaturahmi yang juga dihadiri perwakilan Ranting NU se-Kecamatan Wonosegoro itu.

Dia mengisahkan, bahwa Walisongo bisa berhasil ketika melakukan konsolidasi. Ada Saka Sunan Kalijaga di Masjid Agung Demak yang memiliki makna filosofis agar berkonsolidasi. Saka yang berasal dari tatal (potongan kayu kecil) yang banyak dijadikan saka tinggi besar dan kuat menggambarkan kekuatan bersama. Maka konsolidasi merupakan kebutuahan pokok dalam berjamiyah.

“Pengurus diuji, dipaido (dicela), dipoyoki (diejek), tidak usah marah dan mutung (kehilangan semangat). Jika mutung tidak rampung. Problem dihadapi dan dipecahkan bersama,” ujarnya.

Sementara sekretaris PCNU Boyolali KH Imron Hartomo, mempersilakan seluruh pengurus MWCNU, lembaga, banom, dan sebagainya bisa berkomunikasi dan berkoordinasi dengan PCNU jika ada persoalan, terutama pada Jumat atau setelah salat Jumat sampai malam, persoalan akan didiskusikan dan dicarikan solusi bersama.

“Pertemuan hari ini telah membuahkan beberapa hasil dan progres yang luar biasa pada MWCNU kita,” tutupnya. (ant/ ros, adb, gie)

Comments