
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Setiap Rabiul Awwal atau yang oleh umat Islam di Indonesia sering menyebut dengan Maulid, selalu semarak dengan pembacaan shalawat, baik di musala-musala maupun masjid. Masyarakat Jawa sering menyebut dengan Muludan, yakni bulan memeringati Hari Lahir Nabi Muhammad.
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, H Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), mengungkapkan, meneladani jejak dan mengikuti sunnah Nabi, harus disertai dengan adab. “Mengikuti sunnah Nabi Muhammad, harus disertai dengan adab. Iktikaf, misalnya, jika tidak disertai dengan adab, tidaklah sempurna. Kini, iktikaf malah digunakan untuk tidur,” katanya, Ahad (3/10/2022) lalu.
Contoh lain, yakni jika hendak menikah. “Menikah (juga) harus mengikuti dawuh Kanjeng Nabi Muhammad. Punya niat untuk menyenangkan Kanjeng Nabi dengan memiliki keturunan, yang mana dari situ amalnya tidak akan terputus (melalui waladun shalih). Kalau tidak memiliki keturunan, bagaimana cara memiliki amal yang langgeng?” tuturnya.
Di luar itu, lanjutnya, dalam membaca shalawat kepada Nabi, juga tidak boleh asal-asalan. Dan membaca shalawat, adalah salah satu cara “menghadirkan” Kanjeng Nabi. “Adat Jawa, ketika ada nikahan atau punya hajat lain, ada maulidnya. Ini karena mereka (orang zaman dulu) memahami cara menghadirkan Nabi yang mudah, yaitu dengan membaca maulid (shalawat, red).
H Taj Yasin menegaskan, cara menghadirkan Nabi yang mudah memang dengan membaca maulid (shalawat). “Kalau Nabi, apapun yang menjadi hajat atau jadi kebutuhan sendiri itu apabila disertai Nabi, masa tidak diterima?” ungkapnya. (hasna/ adb)