Bila Perang Nuklir Meletus

0
589

Oleh: Dr KH Muchotob Hamzah MM

Ketika Allah akan menjadikan Nabi Adam sebagai khalifah di bumi, Malaikat telah berasumsi dan menyampaikan kepada Allah bahwa manusia akan membuat 2F, yakni “Fasad dan Faskuddimaa'” sebagaimana penghuni bumi sebelumnya (QS. Al-Baqarah/2: 30).

Namun Allah berfirman, bahwa Ia Maha Tahu di balik semua itu. Penghuni bumi sebelum Adam, oleh Imam Jalaludin al-Mahalli disebut sebagai Banul Jann (Jalalain I/40). Tetapi jangan lupa, bahwa Banul Jann memiliki budaya dan kemampuan teknologi juga (QS.Saba’/34: 13).

Sedang seorang arkeolog Jerman, Prof Dr Erich Von Deniken, menyebut, sebelum manusia di bumi ini, telah ada penghuni berbudaya canggih yang  musnah akibat perang nuklir.

Kini, dunia sedang galau, mengkhawatirkan kemungkinan meletusnya perang dunia III yang telah dipenuhi dengan senjata nuklir. Ketegangan demi ketegangan bermunculan di kancah global. Mata dunia tengah fokus melihat Ukraina, karena Presiden Rusia, Putin, yang memiliki senjata hipersonik, telah menempatkan 100.000 tentaranya di perbatasan kedua Negara (The Sun).

Menlu Polandia, Zbigniew Rau, mengingatkan, 57 anggota organisasi keamanan Eropa (OSCE) untuk meredakan ketegangan (laman Reuters). Ketua Komite pertahanan House of Commons, Tobias Ellwood MP, menggambarkan dekatnya invasi itu (The Daily Mail).

Sementara Dr Robert Farley menengarai, ada lima titik kemungkinan bara api peperangan dunia III terjadi. Yakni di Ukraina, Taiwan, Iran, Korea Utara, dan Himalaya (Real Clear Defense, 4/1/2022).

Sebagian fakta, bisa kita pelajari. Misalnya dengan beraninya pemimpin militer Iran, Jenderal Alireza Tangsiri, menyebut keluarga Kerajaan Saudi sebagai Yahudi-Zionis saat memeringati kematian Komandan Militer Iran, Qassem Soleimani, yang dibunuh drone AS (The Jerusalem Post 15/1/2021 bersumber TV Iran 7/1/2121). Sebuah pernyataan menantang yang penuh kegemesan, melihat ulah Saudi di Yaman.

Negeri mullah inipun telah bersiap dengan balistik berhulu nuklirnya. Demikian jua Presiden Imam se India, Maulana Sajid Rasyid baru-baru ini, yang menyatakan MBS penguasa de facto Saudi Arabia sebagai keturunan Yahudi setelah ia melemparkan kebijakan politik budaya maksiat hura-hura musik, pakaian seksi dan lainnya, demi visi ekonomi 2030-nya.

Sementara itu, karakter politik Saudi sebagai negara monarchi Timur Tengah dan terkuat secara ekonomi, memiliki kelemahan legitimasi dari rakyatnya. Kendati menjalankan politik represif terhadap kaum oposan agar tercipta stabilitas, seperti kasus suntik mutilasi jurnalis Jamal Kashogi dan Imam-Imam Wahabi yang menentangnya, tetapi ia harus “menyantol” kerja sama internasional yang sedang di ambang perang dunia.

Saudi sendiri telah lima tahun memimpin koalisi proxy war, tetapi Yaman juga belum terkalahkan. Memang Yaman telah mengalami korban jiwa puluhan ribu orang. Begitu pula di kawasan timur jauh, ada Cina versus Taiwan, yang  semakin memanas via dukungan AS dan Australia.

Padahal bila perang nuklir meletus, maka dapat dibilang tidak ada negara yang menang. Ada beberapa akibat dari perang ini yang bisa diprediksi. Pertama, setengah miliar manusia tewas seketika dalam hitungan detik.

Kedua, miliaran manusia yang lain akan mati kelaparan. Ketiga, tulang manusia dan makhluk bertulang yang lain akan ditembus oleh radiasi kimia. Keempat, robekan masif dari lapisan ozon. Lima, iklim ekstra dingin karena kabut asap yang menghalangi sinar matahari.

Itu sebabnya, jika terjadi perang nuklir, maka akan menyengsarakan semua penghuni bumi. Itu yang mesti dipikirkan jika negara yang berkepentingan ingat akan perjanjian mereka sendiri sebagaimana ditulis AFP 3/1/2021.

Mereka adalah Cina, Rusia, Inggris, AS, dan Perancis sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, jika tidak mau menjilat ludahnya sendiri. Ambang perang dunia mesti dihapus dari agenda manusia bumi. Wallaahu a’lam. (*)

Dr KH Muchotob Hamzah MM,

Penulis adalah ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Wonosobo.

 

Comments