KUDUS, Suaranahdliyin.com – Pada Muharram 1446 H ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, banyak sekali gelaran buka luwur di makam para wali dan ulama yang ada di Nusantara, khususnya di Jawa.
Sebelum buka luwur berlangsung, ada berbagai persiapan yang dilakukan, salah satunya mempersiapkan tempat, konsumsi, dan lain sebagainya.
Untuk mempersiapkan berbagai hal itu, banyak sekali warga yang rewang. Rewang yaitu tradisi untuk saling di antara masyarakat yang sedang punya gawe.
Dalam setiap gelaran tradisi buka luwur, juga banyak sekali warga yang rewang. Tak terkecuali di Dukuh Blolo, Desa Karangampel, Kecamatan Kaliwungu, Kudus .
Rewang ini dilakukan oleh laki-laki maupun Perempuan, remaja maupun dewasa, sesuai dengan peran yang bisa dilakukan masing-masing.
Dengan adanya tradisi rewang itu, persiapan buka luwur yang sangat melelahkan, pun terasa ringan lantaran semua dilakukan secara Bersama.
Selain menjadikan beban pekerjaan menjadi lebih ringan dan lebih cepat terselesaikan, tradisi rewang dalam momentum tradisi buka luwur juga menjadi ruang lebih merekatkan hubungan antar-warga, karena mereka berkumpul menjadi satu dan saling bercanda tawa bersama.
“Untuk acara umum seperti buka luwur ini, tidak bisa jika dilakukan hanya satu orang saja. Butuh bantuan tenaga para relawan (perewang) untuk membantu mempersiapkannya,” ujar Bu Siti, salah satu warga. (Putri Nur Isnaeni, mahasiswa PPL Prodi KPI FDKI IAIN Kudus 2024).