Ini Penjelasan Gus Yasin Soal Tradisi Ro’an di Pesantren

0
139
Gus Yasin memgikuti Ro’an jelang Hari Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, Desa Jambearum, Patebon, Kabupaten Kendal

KENDAL, Suaranahdliyin.com – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin (Gus Yasin) mengikuti kegiatan bersih-bersih bersama (ro’an) di pesantren menjelang peringatan Hari Santri tahun 2025.

Ro’an jelang Hari Santri itu, dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, Desa Jambearum, Patebon, Kabupaten Kendal, pada Jumat (17/10/2025).

Gus Yasin, mengutarakan, ro’an yang dilakukan oleh para santri merupakan bagian dari mencari berkah, melalui kerja bakti atau gotong royong.

“Ro’an adalah pendidikan yang bukan hanya berisi ilmu tetapi juga akhlakul karimah dan etika, bukan pemaksaan sebagaimana zaman feodal, tetapi bagian dari pembelajaran setiap santri. Termasuk saya dan kakak saya juga melakukan itu,” katanya.

Lebih lanjut Gus Yasin menyampaikan, ro’an berasal dari kata Arab ‘tabarrukan’ yang berarti mengharapkan berkah, yang kemudian disingkat menjadi rukan, lalu menjadi ro’an.

“Bagi santri, ro’an adalah kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan pesantren dengan bergotong royong. Ro’an merupakan pembelajaran moral yang dilakukan oleh kiai, dan dilakukan tidak hanya di Indonesia, juga di negara Mesir dan Arab Saudi,” tuturnya.

Gus Yasin menyontohkan, saat dirinya belajar di Suriah, setiap hari dirinya melakukan ro’an dengan mencuci 300 tempat makan santri setiap hari.

Selama 3-4 jam tangannya harus berkutat dengan piring besi yang lebih berat dari piring lazimnya.

Oleh karenanya, melalui peringatan Hari Santri Nasional, Gus Yasin mengajak para santri untuk mengingat sejarah resolusi jihad, dengan membangun bangsa dan merawat negara.

Melalui ro’an, dia mengajak santri untuk merefleksikan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Nampak hadir pada kesempatan itu Bupati Kendal Diah Kartika Permanasari, Wakil Bupati Benny Karnadi, Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah Saiful Mujab, Pimpinan Pondok Pesantren KH Abdul Rahim, dan perwakilan pondok pesantren dari 35 kabupaten/ kota yang mengikuti kegiatan secara daring.

Putra KH Maimoen Zubair itu pun mengajak bupati dan walikota di Jawa Tengah, memberikan dukungan kepada pondok pesantren dengan memfasilitasi bebas retribusi untuk PBG (Persetujuan Bangunan Gedung) dan SLF (Sertifikat Laik Fungsi). Keduanya adalah izin penting yang harus dimiliki untuk memastikan sebuah bangunan legal dan aman.

“Saya mengajak kepada kepala daerah untuk mendukung kelayakan pendirian bangunan pesantren. Apresiasi kepada Kabupaten Kudus yang sudah membebaskan biaya PBG dan SLF untuk pembangunan pondok pesantren,” ujarnya. (*)

Comments