شبان اليوم رجال الغد
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”
Demikian Imam Syafi’i menempatkan pemuda dalam posisi yang sangat penting. Tak heran biasanya juga disandingkan dengan perkataan Sukarno: Berilah aku 10 pemuda akan ku guncang dunia. Masa depan sebuah bangsa akan ditentukan oleh pemudanya masa kini. Atau, apa yang ditekuni pemuda saat ini akan memberikan gambaran mendatang sebuah bangsa sekitar 20-30 lagi, ketika para pemuda tersebut mulai menempati beragam posisi penting sebagai pengambil keputusan.
Alenia keempat UUD 1945 kita menjelaskan tentang arah pembangunan sebuah bangsa ini kedepan yang bunyinya. “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Sebagaimana juga ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo sebagai visi untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045.
Berdasarkan pengklasifikasian oleh William H. Frey, ia membagi penduduk ke dalam enam kategori generasi: Pre-Boomer, untuk mereka yang lahir sebelum tahun 1945 dan saat ini diprediksi berusia 77+ tahun, Baby Boomer (kelahiran 1946-1964) dengan perkiraan usia 58-76 tahun, Generasi X (kelahiran 1965-1980) dengan perkiraan usia saat ini 42-57 tahun, Milenial (kelahiran 1981-1996) diperkirakan berusia 26-31 tahun, Generasi Z (kelahiran 1997-2012) dengan perkiraan rentang usia 10-25 tahun, dan Post Generasi Z untuk mereka yang lahir di tahun 2013 ke atas.
Dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, penulis melihat peran serta peluang yang tinggi bagi Generasi Milenial dan Generasi Z dalam berkontribusi bagi bangsa ini di masa depan. Penulis sendiri yang saat ini berumur 24 tahun masuk dalam kategori Generasi Z, tengah menjajaki polarisasi di ranah kompetensinya sesuai kesukaan terhadap diri sendiri. Rasa percaya diri untuk tumbuh menjadi kunci penting untuk dapat menjadi pribadi yang sukses secara personal dan mampu berkontribusi bagi masyarakat secara optimal.
Tak bisa dipungkiri pula beradaptasi dengan teknologi menjadi sebuah keharusan yang dimiliki bagi generasi ini. Citra yang terbangun bagi generasi Milenial maupun Generasi Z adalah begitu lekat dengan gadget, kritis, atau slef-center, menyukai pengembangan diri, dan menyukai sesuatu yang cepat. Citra tersebut menggambarkan karakter dari generasi milenial yang dapat menjadi potensi atau kebalikannya menjadi petaka dalam pembangunan bangsa ini.
Bersinergi Wujudkan Jiwa Kreatif
Dalam mewujudkan mimpi Indonesia Emas 2045, Generasi Milenial maupun Generasi Z sudah saatnya bersinergi serta aktif kolaboratif dalam melakukan berbagai hal. Sinergisitas akan memperkuat tatanan negara dalam berbagai sendi. Sejatinya, karakter milenial dan z dalam mewujudkan sinergisitas dapat terlihat dari rasa solidaritas yang tinggi. Hal ini terlihat dari kepedulian pada berbagai isu sosial ekonomi serta lingkungan.
Banyak gerakan kreatif ataupun social movement yang digagas oleh generasi ini. Ide yang ditawarkan akan lebih optimal jikalau terdapat sinergitas lintas generasi. Walaupun seperempat penduduk Indonesia adalah kaum milenial, bukan berarti generasi lain hanya diam berpangku tangan.
Generasi X yang saat ini tengah dimasa jayanya, ia memiliki banyak capital power yang cukup. Bersinergi satu sama lain, salah satunya dengan kaum milenial merupakan hal yang diperlukan untuk mewujudkan dampak nyata bagi sekitar. Adu selisih dan opini juga menjadi wahana disintegrasi yang sebaiknya dihindari agar bisa mewujudkan sinergi sesama anak bangsa.
Sudah saatnya kita beradu gagasan, apa yang bisa kita perbuat, untuk siapa kita perbuat, dan bagaimana kita merealisasikan. Menumbuhkan rasa percaya diri sangat penting. Kesadaran ini harus ditanamkan pada setiap milenial Indonesia agar tumbuh rasa bangga dan tanggung jawab pada negerinya. Kesadaran diri, dibangun dengan memahami peran dan tuntutan yang ada, kemudian diikuti dengan memperdalam keilmuan dan keterampilan yang diminati sebagai bekal menghadapi tren global yang akan datang.
Permasalahan penting bagi generasi muda saat ini adalah tingkat kesadaran dirinya masih rendah, hal tersebut dilihat dari ketidakmampuan generasi ini membedakan berita hoax dan berita fakta. Dalam pasar ekonomi sekalipun ia hanya sebagai pasar (konsumen) dari dampak pertumbuhan ekonomi digital dibandingkan menjadi pelaku aktif dari ekonomi digital. Kondisi inilah yang harus diubah seharusnya!
Milenial sudah saatnya yang mengendalikan pasar, bukan sebagai objek pasar. Menumbuhkan kreatifitas dengan memanfaatkan trend teknologi merupakan kunci yang diimbangi dengan kolaborasi antar generasi. Untuk menyongsong Indonesia sebagai lima besar negara dengan kekuatan ekonomi di dunia, kualitas dari human power khususnya kaum milenial harus ditingkatkan. Pendidikan tinggi, kesempatan pengembangan diri, mengembangkan keterampilan dan hobi, sembari menginternalisasi kesadaran diri adalah beberapa hal yang dapat dilakukan.
Jika semua hal itu dapat terealisasi dengan baik dan tepat, fainsyaallah mimpi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 akan terwujud dengan peran generasi muda saat ini. Dalam QS. Ar’Rad 13:11, Allah Swt. Berfirman:
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Usaha yang tepat dengan kita kembangkan bersama diri ini dalam penguasaan teknologi, menumbuhkan jiwa kreatifvitas dalam berkarya dan jaga soliditas antar sesama lintas generasi bangsa, 23 tahun menuju 2045 semoga mimpi Indonesia Emas akan terwujud dimulai dari diri kita sendiri. Wallahua’lam.(*)
Muhammad Waliyuddin
Asli kelahiran Pati Jawa Tengah 7 Juni 1998, Aktif di Lembaga Advokasi dan Bantuan Hukum PMII Kota Semarang, Angkatan Muda Ka’bah (AMK) Jawa Tengah. Sekarang berdomisili di Kota Semarang.
Catatan:
Artikel ini dipublikasikan untuk kepentingan lomba, sehingga tidak dilakukan proses editing oleh pihak redaksi.










































