Rumadi: Orang Kampung Selalu Punya Solusi Alternatif yang Solutif

0
1357
Diskusi terbatas digelar Fasih Foundation di Joglo Kopi Deplok, Mindahan, Batealit, Jepara, Sabtu (12/9/2020) lalu

JEPARA, Suaranahdliyin.com – Pandemi Covid – 19 telah meluluhlantakkan peradaban manusia di hampir semua bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, transportasi, konstruksi, pariwisata, pendidikan bahkan agama. Namun, itu masih “diselamatkan” oleh peradaban teknologi informasi dan telekomunikasi.

Demikian disampaikan Rumadi Ahmad dalam diskusi terbatas “Antisipasi Lost Generation dan Adaptasi Kenormalan Baru di Bidang Pendidikan” yang digelar Fasih Foundation di Joglo Kopi Deplok, Mindahan, Batealit, Jepara, Sabtu (12/9/2020) lalu.

“Kita tidak sendiri. Ada sekitar 200 negara yang terdampak pandemi Covid-19. Ada negara yang ketat menerapkan protokol kesehatan hingga laju ekonominya anjlok, ada yang menerapkan herd immunity sehingga angka kematian tinggi. Negara kita lebih moderat dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” ujar Ketua Lakpesdam PBNU itu.

Dia pun mengingatkan pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam perang melawan pandemi global Covid – 19. Partisipasi masyarakat ini sangat penting, untuk mengadang laju ketidakpercayaan  kepada pemerintah yang diembuskan pihak yang ingin mengail di air keruh.

Pihaknya yakin, dengan peran serta masyarakat, terutama di bidang pendidikan, lost generation bisa diantisipasi dan diminimalisasi. Orang di kampung sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan. Selalu punya solusi alternatif yang solutif dan konstruktif.

“Ketika pemerintah mempunyai kebijakan menutup sekolah dan melakukan pembelajaran jarak jauh, anak – anak di kampung masih bisa belajar tatap muka secara terbatas di rumah kiai atau musala,” terang tenaga ahli pada kantor Sekretariat Presiden tersebut.

Dikatakannya,  jika sekadar ta’lim, mungkin “mbah google” lebih jagoan. “Tapi anak-anak membutuhkan pembentukan karakter dan budi pekerti,” tegas tokoh kelahiran Jepara itu.

Sementara itu, wakil ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi, menyoroti besarnya anggaran pendidikan 20 persen yang tidak merembes ke pesantren, madrasah diniyah dan TPQ. “Pemerintah telah menganggarkan untuk bidang pendidikan sangat besar. Maka pelaksanaannya harus kita awasi bersama,” ungkapnya sembari berpesan kader muda NU belajar mengenai kebijakan publik bidang pendidikan.

Adib Khoiruzzaman, salah satu peserta, menawarkan solusi pendidikan di masa pandemi dan saat pelaksanaan new normal. “Pemerintah perlu mengadopsi program pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan kiai-kiai kampung, yaitu pemberdayaan melalui musala,” kata Adib, wakil ketua PCNU Jepara yang juga dosen UNISNU di Bumi Kartini. (rls/ ros, rid, adb)

Comments