Tawajuhan Aswaja
Hadirkan Para Pakar Ulas Beragam Tema Keummatan

0
768
Pimpinan teras PCNU Kudus foto bersama. Dukung progra, Tawajuhan Aswaja/ foto: istimewa

KUDUS, Suaranahdliyin.com – Lakpesdam NU Kudus dengan dukungan dari PCNU, PC GP Ansor, PC Fatayat NU, ISNU, IPNU-IPPNU, Pergunu, JQH SMA NU Al Ma’ruf dan lembaga terkait menggelar “Tawajuhan Aswaja” setiap Jum’at selama Ramadan 1443 H / 2022 M ini.

Tawajuhan Aswaja dibuka dengan materi “Modal Kultural Muria Raya untuk Perdamaian”. Tema ini diangkat, lantaran dalam beberapa waktu terakhir, hangat diberitakan pemekaran provinsi, salah satunya Muria Raya yang meliputi lima kabupaten, yakni Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Blora.

“Tema ini diangkat, sebagai wujud membangun kesadaran budaya Muria Raya baik dari aspek kepada generasi milenial, sehingga para pengambil kebijakan mampu memanfaatkan kesadaran budaya ini secara cerdas, untuk menyemaikan Islam rahmatan lil’alamin dari Kudus bagi perdamaian dunia,” terang H Nur Said, Ketua Lakpesdam NU Kudus.

Prof Dr H Abdurrahman Mas’ud yang didaulat sebagai narasumber, menyampaikan keprihatinannya akan ancaman radikalisme, ektremisme dan juga terorisme akan mewarnai kampung-kampung Aswaja, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius bangsa ini.

“Maka kita perlu merevitalisasi modal kultural warisan kearifan lokal, yang sudah disemaikan oleh para wali, utamanya di sekitar Muria Raya dengan tokoh kuncinya adalah Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga,” paparnya.

Tiga sunan “paku bumi” Muria Raya ini, ungkapnya, telah menumbuhkan benih-benih Islam yang ramah, sejuk dan penuh toleransi. “Bukti arkeologisnya yang terekam dalam masjid peninggalan para wali, punden dan juga banyu panguripan. Spirit Aswaja dengan ruh moderasi beragama ini, masih hidup dalam masyakarat, bahkan dalam berbagai pertemuan hari besar Islam, kita begitu masif dalam berbagai acara ritual dan karnaval, namun sayang sepi di media maya (media siber),” tuturnya.

Media maya, ujarnya, cenderung didominasi oleh kelompok garis keras. “Jangan sampai kita hanya menang di darat, tapi bonyok di media sosial,” pesan Prof Dur –sapaan akrab Prof Dr H Abdurrahman Mas’ud.

“Kita cenderung masih menjadi silent majority dan politeness (terlalu sopan) yang berlebihan, sehingga nyaris tak bersuara. Sementara di Barat cenderung directness (blak-blakan). Ada kontestasi ideologis yang kita tidak boleh hanya diam,” lanjutnya dalam acara yang dibuka oleh Ketua PCNU Kabupaten Kudus, Drs H Asyrofi Masyito.

Salah satu sesi program Tawajuhan Aswaja/ Foto: istimewa

Pada kesempatan itu, H Asyrofi Masyito mengingatkan, untuk bergandeng tangan, bergerak, memberikan ruh kepada lembaga maupun Banom di bawah PCNU, serta menawarkan beragam terobosan yang terukur dan berdampak sosial untuk khaira ummah. “Gedung NU Center yang sedang dibangun oleh PCNU Kudus, salah satunya adalah untuk mewadahi gerakan Aswaja di berbagai bidang. Ini membutuhkan ide-ide kreatif dari kader,” tegasnya.

Sementara sekretaris PCNU Kudus, Dr H Kisbiyanto, mengutarakan, tawajuhan Aswaja ini paling tidak akan dilangsungkan empat edisi. “Yang sudah terjadwal, Jum’at depan, menyongsong Hari Kartini akan mengusung tema ‘Women Leadership’ bersama Ning Hj Hindun Anisah, kemudian KH Ulil Abshar Abdullah (Ketua Lakpesdam PBNU) yang rencananya akan mengusung tema ‘Arah Baru Pengkaderan Aswaja’,” katanya. (rls, said/ ros, adb, rid)

Comments