TEMANGGUNG, Suaranahdliyin.com – Nyadran adalah suatu budaya leluhur tanah Jawa yang dilakukan tiap tahun. Di beberapa wilayah, ada yang menggelar hingga tiga kali dalam setahun, namun yang lazim yaitu dua kali, yakni pada Safar dan Syaban (menurut penanggalan Hijriyah).
Tradisi nyadran juga digelar secara rutin oleh warga Dusun Bugen, Desa Geblog, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung pada Jum’at (2/9/2022) lalu di petilasan makam Kiai Mego Lamat, dengan rangkaiannya yaitu bersih makam serta sungai tempat warga mengambil air, hingga pagelaran pentas seni.
Amir Mujiyono, ketua panitia, menyampaikan, kegiatan yang dihadiri puluhan warga ini dilaksanakan selain sebagai wujud menghormati leluhur juga sebagai wujud silaturahim dan syukur kepada Tuhan atas limpahan rejeki yang diberikan.
“Alhamdulillah, kegiatan saparan ini tetap dilestarikan oleh masyarakat sebagai wujud penghormatan kepada para leluhur yang ada di dusun Bugen, selain itu juga sebagai wujud silaturahim, toleransi, kebersamaan dan syukur atas nikmat serta rejeki dari Allah,” katanya.
Menurut Slamet Sutikno, event yang menghadirkan empat penampil seni ini mesti terus dilestarikan, sebagai pengingat bagi generasi penerus. “Kegiatan positif ini harus selalu didukung dan apresiasi,” ujarnya kepala Dusun Bugen ini. (ywa/ ibd, qdb, ros)