
DEMAK, Suaranahdliyin.com – Ribuan jamaah dari berbagai daerah memadati kawasan Maqbaroh Mutih Kulon, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak pada Kamis (18/12/2025)sekira mulai pukul 13.00 WIB.
Kedatangan ribuan jamaah itu, Adalah dalam rangka menghadiri Haul Akbar ke-17 KH Mas’udi, kiai yang berjasa besar dalam pengembangan pendidikan Islam dan dakwah keagamaan di wilayah Mutih Kulon dan sekitarnya.
KH Mas’udi juga dikenal Masyarakat sebagai pendiri dan muassis Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) NU I’anatut Thullab.
Peringatan haul ini digelar, tidak sekadar untuk mengenang jasa KH Mas’udi, tetapi juga menjadi momentum untuk meneladani nilai-nilai keikhlasan, pengabdian, dan kepedulian sosial yang telah tanamkan semasa hidupnya.
Haul diawali dengan pembacaan tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh para kiai setempat, diikuti keluarga besar madrasah, alumni, santri, serta masyarakat umum.
Acara dipungkasi dengan tausiyah oleh Habib Musthofa Al Idrus, yang menyampaikan pesan mendalam tentang keteladanan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, berbakti kepada orang tua (birrul walidain), serta kasih sayang terhadap sesama.
Habib Musthofa Al Idrus dalam tausiyahnya mengisahkan tentang seorang pengemis yang datang meminta-minta. Pada saat itu, Rasulullah tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada pengemis, begitu pula putri beliau, Sayyidah Fatimah, yang hidup dalam kesederhanaan.
Namun karena kecintaan Fatimah kepada ayahandanya, Sayyidah Fatimah memberikan satu-satunya harta yang dimilikinya, yakni emas pemberian dari bibinya, kepada sang pengemis.
“Fatimah tidak memikirkan dirinya sendiri. Yang beliau pikirkan adalah bagaimana membahagiakan ayahnya dan menolong sesama,” tutur Habib Musthofa di hadapan para jamaah.
Pengemis tersebut kemudian dikenal masyarakat karena memiliki emas. Suatu ketika, seorang kaya yang menyintai Rasulullah ingin menukar emas itu dengan apa pun yang diinginkan pengemis.
Emas tersebut akhirnya berpindah tangan. Karena rasa cinta dan hormat kepada Nabi, orang kaya itu kemudian mengirimkan emas tersebut kembali kepada Rasulullah sebagai hadiah.
Saat Rasulullah membuka hadiah itu, beliau mengetahui bahwa emas tersebut adalah milik Fatimah. Nabi pun memerintahkan budak orang kaya tadi untuk mengembalikan emas itu kepada Fatimah.
Ketika emas itu kembali ke tangannya, Fatimah terkejut karena harta yang telah beliau sedekahkan ternyata kembali lagi. Sebagai penutup kisah, budak yang mengantarkan emas tersebut akhirnya dimerdekakan.
Habib Musthofa mengutarakan, kisah tersebut mengandung pelajaran besar tentang keikhlasan, bakti kepada orang tua, dan kasih sayang kepada sesama.
“Segala sesuatu yang taat pada orang tua dan belas kasihan terhadap sesama tidak akan pernah hilang dan akan kembali, bahkan bisa bertambah,” tuturnya. (*)
Khalimatus Sakdiyah, mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI), UIN Sunan Kudus.









































