Haul ke-68 KHR. Asnawi
Pitutur Rais Aam PBNU, Meneguhkan Hati di Zaman Terbalik

0
187
Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar dalam acara Haul KHR. Asnawi

KUDUS, Suaranahdliyin.comRais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Miftahul Akhyar menghadiri acara Tahlil Umum dalam rangka Haul KHR. Asnawi di Komplek Makam Sunan Kudus, Selasa (16/12/2025). KH Miftakhul memberikan pitutur luhur dan nasehat – nasehat kepada ribuan jamaah yang hadir.

Di awal ceramahnya, KH. Miftachul Akhyar mengatakan acara haul sebagai peringatan,  juga untuk i’tibar:(perenungan) dan tatsbitan lil fuad  (memperkuat/meneguhkan hati) dan mengenang masa – masa perjuangan KHR. Asnawi sebagai pendiri dan penggerak NU.

“Sebagaimana landasan dalil Al – Qur’an Surat Hud, ayat 120 yang berbunyi Wa kullan naquṣṣu ‘alaika min anbā’i al-rusuli mā nuṡabbitu bihi fu’ādak (Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, agar dengan demikian Kami teguhkan hatimu),”terangnya.

KH. Miftachul Akhyar menerangkan pelajaran dari kisah pendahulu sangat dibutuhkan bagi umat islam di zaman sekarang. Terutama di era yang disebut sebagai yaumul harj (hari-hari yang tidak menentu).

“Di mana situasi sekarang ini menjadi terbalik-balik atau zaman ketidakpastian,”tandasnya.

Untuk menghadapi tantangan ini, lanjut KH. Miftachul,  perlu memelihara dan menjaga mahabbah kepada para auliya’. “Selain itu juga penting untuk meningkatkan cara menuntut ilmu yang benar.”ujarnya.

Ia juga mengutip kisah Nabi Musa, sosok yang dikisahkan banyaknya pengalaman dakwah dan ujian yang dialami. Dituturkan, kisah Nabi Musa mencari Nabi Khidir ini menjadi contoh semangat dan ketekunan yang luar biasa dalam menuntut ilmu.

“Nabi Musa berkata kepada muridnya, Yusya’ bin Nun, aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua lautan, atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun)”tuturnya.

Ia menambahkan Syekh Syaqiq bin Ibrahim Al-Balkhi berpendapat penyebab tertutupnya pintu taufiq. Setiap harinya, umat selalu tidak lepas dari nikmat, tetapi hanya pandai meminta tambahnya nikmat dan tidak pandai mensyukuri.

“Kita juga sering menunda-nunda taubat dan tertipu karena dekat dengan orang sholeh juga membuat pintu taufiq tertutup.”ungkap KH. Miftakhul.

Almarhum walmaghfurillah KHR. Asnawi ini, imbuh dia, merupakan sosok panutan umat. di samping mengalap barokah beliau, umat juga harus mencari tahu dan mengikuti (apa yang membuat beliau mencapai maqom yang tinggi).

‘Paling tidak, dzikrul haul menarik barokah dan berharap ada 1 atau 2 amalan yang bisa kita ikuti sehingga lahirlah KHR. Asnawi periode-periode selanjutnya.”imbuhnya.

“Semoga kehadiran kita semua ini diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala melalui mahabbah kepada ulama sholihin dan diberkahi kepada dzuriyat kalian semua”harap KH.Miftachul memgalhiri mauidhah hasanah.

Acara Tahlil Umum ini juga dihadiri para kiai, ulama NU, dan habaib di Kabupaten Kudus. Antara lain, Romo KH. Ulil Albab Arwani (Rais Syuriah PCNU Kudus), KH. M. Arifin Fanani, KH. Yusrul Hana Sya’roni, KH. Ahmad Badawi Basyir, Al – Habib Muhammad Bin Alwi Baagil, Al – Habib Syafiq Alkaf, KH. Abdul Basith, dan ulama – ulama lainnya. (*)

Nadia Syukria Salma, Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) UIN Sunan Kudus.

Comments