Buah Parijotho sudah begitu melekat bagi masyarakat di kaki gunung muria. Buah sarat akan mitologi ini dipercaya membawa banyak berkah. Tak heran, buah ini banyak diburu oleh para peziarah, ketika berkunjung ke makam Sunan Muria.
Banyak mitos dan cerita lahir dari buah satu ini. Buah yang konon disebut-sebut mendapat sabda dari Sunan Muria. Mitos dan cerita-cerita yang beredar di masyarakat, dimanfaatkan bahkan dialihwahanakan sebagai suatu branding buah parijotho.
Buah dengan nama latin Mediilla Speciosa dipercaya membawa berkah bagi masyarakat sekitar. Satu ungkapan yang cukup tenar oleh masyarakat sana tentang parijotho, ”paringana jiwa ingkang ketata (berikanlah kami jiwa (laku) yang tertata (baik).”
Antara Mitos dan Fakta
Buah parijotho memiliki karakteristik berwarna merah kejinggaan, dengan bentuk bulat kecil-kecil. Karakteristik lainnya dari buah Parijoto yakni memiliki warna dan penampilan. Buah Parijoto memiliki warna merah keunguan yang menarik dan mencolok. Hal ini membuatnya menjadi buah yang menarik secara visual.Buah Parijoto ini sangat mudah ditemukan di dataran tinggi Gunung Muria.
Mengutip dari Detik.com, Buah Parijoto memiliki mitos dan kepercayaan yang melingkupinya di masyarakat Kudus dan kawasan Gunung Muria. Beberapa mitos yang berkembang adalah bahwa buah ini dapat menjaga kesuburan perempuan dan membuat anak tampan atau cantik jika dikonsumsi oleh ibu hamil muda. Mitos-mitos ini menjadi bagian dari kearifan lokal dan budaya di daerah tersebut.
Parijoto juga diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan. Beberapa manfaat yang dikaitkan dengan buah ini adalah mengatasi sariawan, meredakan diare, meningkatkan kesuburan pria, menjaga imunitas ibu hamil, dan menurunkan kadar trigliserida. Meskipun manfaat ini belum sepenuhnya didukung oleh penelitian ilmiah yang kuat, namun mereka tetap menjadi bagian dari pengetahuan tradisional dan penggunaan herbal di daerah tersebut.
Ragam Olahan Parijotho
Kini, parijotho tak hanya dijualberlikan dalam bentuk buah. Berbagai olahan dari buah Parijoto juga divariasikan ke berbagai produk seperti teh, jus, selai, makanan ringan dan obat herbal.
Beberapa produsen lainnya juga menggunakan buah Parijoto sebagai bahan dasar untuk membuat camilan seperti keripik atau kripik Parijoto. Buah Parijoto juga digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan obat herbal, seperti jamu. Buah Parijoto diyakini dapat membantu meningkatkan kesuburan, mencegah keguguran, dan menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Olahan buah Parijoto tersebut menjadi andalan dalam industri Parijoto di Kudus. Strategi pemasaran yang efektif dapat membantu meningkatkan popularitas dan penjualan produk olahan buah Parijoto, serta membantu pengembangan industri Parijoto secara keseluruhan.
Dari mitos yang melingkupinya, manfaat kesehatan yang dikaitkan dengannya, serta menjadi olahan andalan di Kudus. Fakta-fakta menarik ini memberikan gambaran tentang keunikan dan potensi buah Parijoto dalam budaya, kesehatan, dan industri di daerah tersebut. Parijotho memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi kreatif di daerah nya. Banyak sekali peran buah Parijoto dalam pengembangan ekonomi kreatif yang sangat menjanjikan untuk bisa dikembangkan.
Dengan memanfaatkan potensi Parijotho, masyarakat tentu dapat lebih mengembangkan sektor UMKM dan pariwisata sehingga bisa membuka peluang yang lebih luas untuk masayrakat lokal berwirausaha. Pemanfaatan pola ekonomi mandiri ini bisa mendorong parijotho agar lebih dikenal luas, sekaligus membantu masyarakat lokal meningkatkan kesejahteraannya di bidang ekonomi kreatif. Siapa sangka, dari mitos dan cerita, bisa membawa berkah bagi masyarakat lokal secara berkelanjutan. (*)
Bahan bacaan:
(https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3890520/buah-parijoto-khas-gunung-muria-dengan-segala-cerita-di-dalamnya)
(https://muria.inews.id/read/35929/mitos-buah-parijoto-gunung-muria)
(https://id.theasianparent.com/olahan-buah-parijoto)
(https://harianmuria.com/artikel/buah-parijoto-manfaat-dan-mitos-yang-menyertainya/)
(https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/buah-parijoto/)
Muhammad Riska,
Penulis adalah warga Kabupaten Kudus dan mahasiswa Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Kudus.