Silatnas III Bu Nyai Nusantara Digelar 7 – 8 November
Nyai Hj Royannach Ahal Sebut Tanggung Jawab Mengasuh Santriyah Sangat Berat  

0
1975
Nyai Hj Royannach Ahal bersama Nyai Hj Maunah dan salah satu panitia./ Foto: istimewa

SEMARANG, Suaranahdliyin.com – Belakangan, banyak peristiwa buruk mencuat dari pondok pesantren. Di antaranya kekerasan seksual pada santriyah (santri putri). Namun perhatian publik cenderung kepada pelaku. Pelaku dihujat, pemerintah turun tangan, norma hukum ditegakkan. Ketika pelaku dijatuhi hukuman berat, masyarakat merasa sudah puas.

Padahal yang harus lebih diperhatikan adalah korbannya. Si korban sudah pasti menjadi terganggu kegiatan belajarnya, kacau jadwal ngajinya, dan menderita tekanan batin alias trauma kejiwaan yang sangat berat.

Pemerintah maupun LSM, sangat terbatas aksesnya memberi advokasi.  Satu-satunya pihak yang paling dekat pada masalah itu lingkungan tinggal korban (pondok pesantren) adalah Bu Nyai. Pengasuh pesantren puteri inilah yang kemudian hadir untuk berusaha mengatasi masalah itu, sebagai seorang ibu yang berjuang selama 24 jam sehari, tujuh hari sepekan untuk para santriyah.

Para pengasuh pesantren puteri (Bu Nyai) yang tergabung dalam naungan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), lembaga NU yang mengurusi Asosisasi Pondok Pesantren, akan membahas segala persoalan pesantren puteri dan peran Bu Nyai sebagai ulama perempuan dalam Silaturahim Nasional (Silatnas III) Bu Nyai Nusantara, di Hotel Patra Semarang, Senin – Selasa (7-8/11/2022).

Nyai Hj Royannach Ahal, wakil ketua panitia Silatnas, mengutarakan, tanggung jawab mengasuh santriyah jauh lebih berat dari santri putera. “Santriyah punya masalah lebih banyak, dan penanganannya lebih sulit  ketimbang santri putra,” ujar ujar Pengasuh Ponpes Putri Permata, Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah itu.

Menurut isteri Kiai Mujibur Rachman Ma’mun  (Kajen) ini, ketika santriyah menjadi korban perundungan (bulliying), butuh waktu lama menyembuhkan trauma korbannya. “Kalo santri putera, ada yang diejek sampai berkelahi, mudah rukun kembali. Jika santriyah, diejek temannya, bisa ngambek tak mau mengaji berhari-hari, atau bahkan memutuskan keluar dari pondok,” katanya.

Sementara itu, disampaikannya, bahwa Silatnas ini akan dimeriahkan pameran produk usaha kecil baik berupa makanan, minuman , desain pakaian muslimah dan jilbab hasil karya para Bu Nyai. (rls/ nam, ros, adb)

Comments