Oleh: Rosidi
Sebuah kalimat singkat dilayangkan oleh putra salah satu kawan, yang kebetulan sedang sibuk, sehingga tidak tahu ketika putranya menelfon dirinya.
Namun begitu bisa dihubungi, tak banyak yang dikatakan putranya. Hanya kalimat singkat yang diucapkan; ngonline, ae. Lalu, pembicaraan ditutup.
Kalimat pendek yang disampaikan salah satu anak seorang kawan kepada ayahnya itu, bagi saya, bukanlah nada kekesalan. Namun itu sebagai cara dia mengungkapkan kerinduannya kepada sang ayah, yang memang, pada saat itu, sedang sibuk dengan aktivitas.
Dan di saat merebaknya wabah Virus Corona (Covid-19) – yang semoga saja cepat berlalu – saya menjadi teringat dengan kalimat pendek anak sang kawan; ngonline, ae.
Ya, mengakes internet dalam durasi yang lama – dalam bahasa putra kawan disebut dengan Ngonline – ternyata harus dilakukan, oleh sebagian kelompok masyarakat.
Anak – anak (pelajar dan mahasiswa) dituntut untuk sering – sering online, untuk mengetahui tugas – tugas dari guru / dosen, lalu mengirim tugas yang diberikan setelah selesai dikerjakan.
Guru / dosen berkepentingan selalu online, untuk memberi tugas – tugas kepada peserta didik atau mahasiswanya. Maka, sering – sering ngonline pun tidak bisa dihindari.
Para pejabat negara, pegawai dan banyak lagi kelompok masyarakat yang juga tidak bisa menghindari untuk sering – sering ngonline, dengan adanya himbauan Work from Home (#WFH).
Apa makna dari ini? Fenomena Ngonline ini memberikan pelajaran, bagaimana kita memaksimalkan perkembangan teknologi informasi ini, baik dalam pembelajaran maupun menyelesaikan tugas – tugas (pekerjaan) kantor.
Dengan kata lain, tidak menjadi masalah ngonline dalam durasi yang agak lama, asal itu memang dibutuhkan, dan untuk aktivitas positif. Tentu juga dengan mempertimbangkan, jangan sampai terlalu capai mgonline, melainkan sebatas memang itu perlu dilakukan. Ngonline, ae. He he… (*)