KUDUS, Suaranahdliyin.com – Dalam rangka mengawali agenda tahun baru 2023 sekaligus memperingati haul Presiden Republik Indonesia keempat, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-13, Kampung Budaya Piji Wetan Kudus (KBPW) kembali mangadakan Guyub Rukun Pagi.
Setelah cukup lama tidak menggelar Guyub Rukun Pagi dan Pasar Ampiran, agenda kali ini tetap dilaksanakan, meskipun curah hujan cukup deras pagi tadi, Ahad (1/1/2023), dengan mengusung tema seputar Gus Dur dan Literasi. Pasalnya, momentumnya bertepatan dengan haul Gus Dur ke-13 dan gerakan literasi yang sedang bergeliat di Kudus.
Koordinator Guyub Rukun Pagi, Ulul Azmi mengatakan, agenda pagi tadi tetap berjalan lancar dengan beragam kegiatan. Tak hanya berdiskusi tentang biografi dan kiprah Gusdur, diskusi yang melibatkan Anisa Listiana (IAIN Kudus), Sutarno (Stikes Cendekia Utama), serta masyarakat Piji Wetan, berlangsung cukup mendalam.
“Kita tidak hanya berdiskusi seputar biografi, sepak terjang dan kiprah beliau, tetapi juga bagaimana pemikiran-pemikiran Gusdur yang bisa melampaui zamannya,” katanya, Ahad (1/1/2023).
Meskipun dengan jumlah peserta yang tak sebanyak seperti biasa, mengingat hujan yang lebat, semua peserta tampak antusias menyimak diskusi.
Sementara, Kepala Perpustakaan Stikes Cendekia Utama, Sutarno memaparkan bahwa taraf literasi yang ada di Kudus masih perlu didongkrak lebih tinggi lagi. Salah satunya melalui pengalaman dan pemikiran dari Gus Dur yang bisa diterapkan di era sekarang ini. “Kami bisa menyerap ilmu dari literasi dan kepustakaan yang dilakukan oleh Gus Dur,” ungkapnya.
Di lain sisi, pasar ampiran yang terkenal dengan makanan tradisional yang enak juga ludes habis berkat jasa titip (jastip) di area Piji Wetan. Di antaranya sego aking, sego godong jati, dan minuman khas Telang.
Koordinator KBPW, Muchammad Zaini berharap kegiatan Guyub Rukun Pagi, setiap Ahad Kliwon ini. ke depannya dapat kembali dirutinkan lagi dengan tema dan konsep yang menarik lainnya. Terkait wacana literasi di Kudus, pihaknya berharap pemikiran-pemikiran Gus Dur bisa terus digaungkan sampai ke akar rumput, sehingga bisa mengangkat iklim literasi di Kudus sedikit demi sedikit.
“Kami berharap ini tetap digaungkan dari gerakan-gerakan kecil seperti ini, secara konsisten. Sehingga masyarakat secara pertahanan akan mendukung gerakan kami, khususnya perbincangan mengenai kebudayaan, literasi, seni dan tema-tema lainnya,” tuturnya. (sim/ rid, ros, adb)