
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Penyebutan Menara Kudus sebagai peninggalan Sunan Kalijaga oleh finalis Miss Indonesia asal Jawa Tengah, Alivia Bunga Kurniawan menjadi trending topik dan bahan cyberbullying oleh netizen. Namun, Lesbumi Kudus justru memberi pandangan yang berbeda. Lesbumi Kudus justru memberi dukungan dan mengapresiasi Alivia.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Lesbumi Kudus, Muhammad Zaini dalam acara Kembang Kanthil Lesbumi Kudus di Balai Desa Karangampel Kaliwungu Kudus, Jumat (21/2/20). Menurutnya, kejadian seperti itu bisa dialami oleh siapapun, apalagi di ajang bergengsi level nasional.
“Namanya juga manusia, tentu tidak bisa lepas dari sebuah kesalahan,” ungkapnya.
Alivia Bunga, imbuh Zaini, telah mengklarifikasi dan meminta maaf atas kesalahannya dan itu sudah merupakan sebuah sikap yang perlu diapresiasi. Kami selaku Lesbumi kudus bangga atas prestasi Bunga mewakili Jawa Tengah di ajang Miss Indonesia.
“Kami harap warga Kudus bisa memberikan apresiasi yang baik atas usaha Bunga ini, semangat terus buat Bunga, kami selalu ada,” kata Jesy, sapaan akrab Muhammad Zaini.
Sutradara dan aktor Teater Keset Kudus ini menambahkan, seharusnya peristiwa tersebut bisa menjadi introspeksi diri, utamanya bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus maupun Provinsi Jawa Tengah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pembinaan kontestan.
Pembinaan kontestan/duta, kata dia, mestinya harus benar-benar matang dan bukan sekadar rangkaian tahapan yang sifatnya seremoni. Hal itu merupakan tanggung jawab besar yang mempertatuhkan martabat daerah.
“Disbudpar Kudus dan Disporapar Jateng harus segera berbenah dalam pembinaan duta-duta wisata, utamanya soal pengetahuan sejarah dan budayanya ditopang dengan pembangunan mental yang baik,” paparnya.
Senada, Humas Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Denny Nur Hakim lebih menghimbau kepada muda-mudi dan pelajar untuk memahami dengan detail tentang sejarah. Tidak hanya sejarah yang ikonik seperti Menara Kudus, tetapi juga sejarah di wilayahnya masing-masing.
“Ini bisa di inisiasi oleh sekolah atau lembaga pendidikan khususnya, ketika mengunjungi tempat wisata bersejarah hendaknya juga tahu asal usul tempat tersebut dan siapa tokoh yang terkait dengan tempat itu,” jelas Denny. (rid, adb/ ros)