SURABAYA, Suaranahdliyin.com – PWNU Jawa Timur bekerja sama dengan TV 9 dan Bank Jatim Syariah, menggelar kajian Ramadan ‘Tabuh Maghrib’ bertajuk “Pendidikan Islam di Era Kompetisi Global” pada Rabu (20/3/2024).
Gelaran Tabuh Maghrib dilangsungkan di kantor PWNU Jawa Timur. Ada dua narasumber yang dihadirkan pada kesempatan itu, yaitu Dr Yusuf Amrozi MMT (Sekretaris LPTNU Jawa Timur) dan KH Noor Shodiq Askandar SE MM (ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur) sebagai narasumber.
Dr Yusuf Amrozi menyampaikan, bahwa dalam catatan sejarah, dikotomi antara pendidikan agama dan sains itu sudah ada.
“Tradisi rasionalitas yang menjadi episentrum di Barat, diakui telah menjadi mainstream. Sementara peninggalan abad pertengahan yang diawali oleh tradisi gereja, mengokohkan doktrin agama adalah penciri utama,” katanya.
Dia berujar, ketika Islam hadir, semangat mensyiarkan kebenaran yang berorientasi pada keimanan kepada Tuhan dan segala ajarannya, inilah yang kemudian membedakan dengan paradigma pendidikan ala Barat.
“Maka jika tidak diintegrasikan, akan ada benturan antara rasionalitas di satu sisi dengan doktrin agama an sich pada sisi yang lain,” terang dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel itu melalui rilis yang diterima Suaranahdliyin.com.
Maka menurut Dr Yusuf Amrozi, integrasi pendidikan Islam dan sains (pengetahuan umum), adalah dalam rangka saling melengkapi. “Transformasi pengetahuan melalui jalan pendidikan maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang rasional-empiris, harus dibingkai dengan semangat moralitas berbasis nilai nilai luhur agama,” terangnya.
Sedang KH Noor Shodiq Askandar, dalam Tabuh Maghrib itu menyampaikan tentang konsep pendidikan pesantren.
Menurutnya, mendidik santri itu untuk menjadi pinter lan bener. “Pinter dalam artian transformasi pengetahuan dapat efektif, tetapi juga mampu menjadikan santri memegang teguh moralitas, yang kelak diamalkan selama hidupnya,” tuturnya. (ros, adb, gie/ rid)