
BOYOLALI, Suaranahdliyin.com – Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor beserta Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Banser Boyolali menggelar Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) dan Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Hidayah Al Mubarokah, Tempel, Sempu, Andong, Boyolali, Jumat – Ahad (18 – 20/2/2022).
Pelatihan dibuka Gus Marzuki, wakil ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Tengah, Jumat (18/2) sore. Pada kesempatan itu dia mengutarakan keyakinannya, bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi pusat peradaban (Islam) dunia. “Maka tugas kita sebagai kader GP Ansor – Banser, turut mewujudkannya dengan berperilaku sebagai santri NU yang benar,” katanya.
Dia mengingatkan, ada sejumlah hal yang harus diwaspadai, misalnya ada gerakan tertentu yang ingin merobohkan Indonesia dengan menyerang ideologi Negara. “Maka sehingga sebelum PKL – Susbalan dilaksanakan, dilakukan screening (penyaringan) peserta agar tidak ada penyusup,” tegasnya.
Gus Marzuki juga berharap agar kader GP Ansor – Banser selalu nderek kiai, namun tidak sekadar nderek, tapi terus memperbaiki diri dengan ikut mengaji. “Tidak hanya ‘galak’, namun punya ruh yang betul-betul santri. Semoga Allah meridai kita,” tuturnya dalam acara yang diikuti 61 peserta PKL dan 79 peserta Susbalan dari GP Ansor – Banser se-Soloraya, Kota/Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung.
KH Nurrohman, pengasuh Ponpes Nurul Hidayah Al Mubarokah, mengulas perjuangan KH Hasyim Asy’ari berperang melawan penjajah demi kemerdekaan RI, supaya anak cucu bisa merasakan nikmat dari tetes keringat dan darahnya.
“Semoga kegiatan ini mbarokahi kepada anak santri Nurul Hidayah, dan pengelolanya diberi kelancaran dalam menemani santri serta keberlangsungan Ponpes agar terus lebih baik hingga kiamat,” katanya.
Sedang KH Masruri, Ketua Tanfidziyah PCNU Boyolali, menekankan pentingya kader GP Ansor – Banser berwawasan global. “Jika dulu kader GP Ansor – Banser menghadapi masalah pukul dulu urusan belakang. Sekarang harus dianalisis dulu, baru bertindak. Maka diperlukan analisis berbasis risiko. Kurangnya analisis, dikhawatirkan aktivitas GP Ansor – Banser malah kontraproduktif,” pesannya.
Dalam pandangannya, berorganisasi harus cerdas. Indonesia tidak akan rusak dengan senjata. Maka “mereka” menyerang ideologinya. Ideologi paling kuat di belakang Indonesia adalah NU. “Maka NU diincar oleh kelompok ideologi transnasional dengan berbagai cara,” paparnya sembari berpesan agar kader GP Ansor ikut membenahi NU dari tingkat ranting dan setelah usia 40 lanjut gabung NU.
Sementara KH Masruri yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Boyolali, meminta peserta taat aturan protokol kesehatan, serta mengikuti PKL dan Susbalan sampai selesai. “Saya minta, Forkopimcam menyediakan fasilitas kesehatan setiap hari, untuk memastikan kegiatan ini berjalan sehat dan aman,” ujarnya dalam acara yang dihadiri pula oleh Ahmad Muzamil, Kasatkorcab Banser Boyolali. (siswanto ar/ gie, ros, adb)