
KUDUS, Suaranahdliyin.com — Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK). Galih Febrian Agustino, Reihana Dwi Avianti, Arida Naela Tasya, Dias Henandra Eka Putra, dan Ziyad Arzaq Abdani. Berhasil memperoleh Gold Medal pada ajang bergengsi International Science and Invention Fair (ISIF) 2025 di Denpasar, Bali. Bersama timnya Jumat, (14/11/2025).
Galih mengungkapkan bahwa proses menuju ISIF bukanlah hal mudah. Sejak Februari, ia telah menyiapkan diri dengan menyusun tim, mencari ide inovatif, hingga mengajukan proposal KAK untuk mendapat pendanaan dari universitas.
“Setelah dinyatakan lolos pendanaan, tim mulai berproses intensif hingga Oktober, di sela-sela padatnya kegiatan perkuliahan.”ujarnya.
“Banyak momen aku mau menyerah karena capek banget, tapi aku yakin usaha tidak akan mengkhianati hasil,”sambung Galih.
Sejak kecil, Galih memang memiliki ketertarikan pada kompetisi. Baginya, mengikuti ajang ilmiah internasional adalah cara untuk mengembangkan potensi sekaligus membanggakan kampus.
“Aku ingin suatu hari bisa bercerita pada anak, murid, atau teman-temanku bahwa aku pernah melakukan hal besar ini,” tuturnya.
Ia juga selalu memegang mantra pribadi sebelum mengikuti lomba: “Jangan takut untuk melangkah, karena jika kamu tidak melangkah, dunia tidak akan tahu seberapa besar prosesmu.”ungkapnya.

Proyek yang diusung Galih dan timnya berjudul: SI-CAGO: Smart Innovative Calculation Joglo using Joyful Learning Integrated Central Javanese Local Wisdom and QR-Code Technology to Enhance Numeracy. Media pembelajaran ini berbentuk Rumah Adat Joglo Kudus, berisi materi operasi hitung bilangan cacah untuk siswa kelas 3 SD. SI-CAGO juga dilengkapi QR-Code yang memuat informasi tambahan terkait media.
“Melalui SI-CAGO, siswa tidak hanya belajar matematika, tapi juga mengenal budaya Jawa Tengah, terutama Joglo Kudus,” jelas Galih.
Sebagai ketua tim, Galih menghadapi banyak tantangan, mulai dari membagi waktu antara kuliah dan pengerjaan proyek, hingga harus bekerja lembur menyiapkan extended abstract.
“Kadang aku kerja sampai jam 2 pagi. Banyak hal kulakukan sendiri, tapi aku anggap itu bagian dari proses,” ujar Galih selaku ketua tim.
Selama ISIF 2025, Tim merasa pengalaman paling berkesan adalah saat berhasil mempresentasikan proyek dalam Bahasa Inggris dan menjawab pertanyaan juri dengan baik.
Selain itu, ia juga mendapat banyak relasi dari berbagai universitas, sekolah, bahkan peserta mancanegara yang memberikan wawasan baru.
Ketika diumumkan mendapatkan Gold Medal, Galih dan tim mengaku sangat terkejut sekaligus bersyukur.
“Kami merasa presentasi masih bisa ditingkatkan. Tapi doa, usaha, dan dukungan orang tua membawa kami ke titik ini,” ungkapnya bangga.
Menurutnya, media ini sangat relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini, di mana kemampuan numerasi siswa masih perlu ditingkatkan.
“SI-CAGO mengajak siswa belajar matematika dengan cara yang menyenangkan, sambil mengenalkan budaya lokal,” tambahnya.
Selaku ketua tim Galih berharap bisa mengembangkan SI-CAGO lebih lanjut dan mengikuti kompetisi lainnya. Ia juga ingin terus menciptakan media pembelajaran yang menggabungkan unsur matematika, budaya, dan teknologi.
Ia juga memberikan pesan untuk mahasiswa Lain “Kalau mampu dan mau, ikutlah lomba. Mulai dari hal kecil dulu. Siapa tahu kamu nanti ketagihan seperti aku,” ujarnya memberi semangat.
Galih menutup dengan ungkapan syukur karena mendapat dukungan penuh dari teman dan program studi.
“Mereka bangga dan itu membuatku semakin ingin menciptakan inovasi untuk anak SD hingga Anak Berkebutuhan Khusus.”ujarnya.(Mazidatul Chilmi, mahasiswa PBSI UMK/adb)






































