
KUDUS, Suaranahdliyin.com – Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW), Dawe, Kudus, kembali melangsungkan Kirab dan Ritual Doa Pager Mangkok. Kirab yang berlangsung di Punden Depok ini menjadi pembuka Festival Pager Mangkok 2022, Jumat (25/11).
Sebanyak 400 nasi tomplingan dibagikan kepada ratusan warga yang mengikuti prosesi kirab pager mangkok. Nasi yang dibungkus daun pisang itu menjadi simbol praktik sedekah yang diajarkan oleh Sunan Muria.
Koordinator Kirab Pager Mangkok, Eko Purnomo, mengatakan kirab dan ritual doa pager mangkok ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya weweh (bersedekah-red) di tengah masyarakat. Sebagaimana filosofi Pagerono omahmu nganggo mangkok (pagarilah rumahmu dengan mangkuk, red).
“Melalui filosofi pager mangkok ini, masyarakat diminta untuk senang bersedekah, dan memberi pertolongan kepada liyan, walau sekadar makan dan minum,” katanya, Jumat (25/11).
Kirab pager mangkok dalam rangka HUT ke-2 KBPW ini dimulai dari rute awal Panggung Ngepringan menuju Punden Depok Dukuh Piji Wetan Desa Lau, Dawe, Kudus. Gunungan hasil bumi dan nasi tomplingan diarak menuju Depok untuk melangsungkan prosesi dan ritual doa pager mangkok.
“Semua warga piji wetan dari RT 3,4,5,6,7, instansi pendidikan, Ibu PKK, dan masyarakat sekitar turut memeriahkan acara kirab. Tak berselang lama, setelah prosesi ritual doa, 400 nasi tomplingan habis dibagikan ke peserta kirab,” lanjutnya menambahkan.
Nasi tomplingan sendiri berisi nasi putih dengan isian berupa sambal, mie, dan tahu tempe yang dibungkus daun pisang. Penggunaan bahan alami tersebut, kata Eko, merupakan karya dari masyarakat Piji Wetan sendiri. “Ini menjadi bukti, bahwa masyarakat harus menjaga alam, nilai-nilai ini yang perlu dilestarikan oleh masyarakat,” ujarnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa, Lilik Ngesti W, mengapresiasi Festival Pager Mangkok yang diselenggarakan oleh KBPW ini. Menurutnya, festival tersebut menjadi angin segar bagi desa lain untuk nguri-nguri budaya dan mengembangkan budaya di daerahnya.

“Festival ini tentunya menjadi jadi angin segar bagi kami agar desa lain juga bersemangat mengembangkan budayanya lebih adaptif, dikembangkan dan dilestarikan sesuai potensinya,” kata dia ditemui usai acara kirab pager mangkok.
Lilik menilai di era sekarang ini, kebudayaan sangat dibutuhkan bagi masyarakat sebagai pola hidup dan pola perilaku dalam menghadapi tantangan zaman. “Banyak kebudayaan yang tergerus, ini tentu perlu dilestarikan dikembangkan menjadi lebih adaptif, mempunyai kemandirian dan kemampuan mengembangkan potensinya, ” tuturnya. (syim/ rid, ros, adb)