KUDUS,Suaranahdliyin.com – Lemahnya daya saing bidang kesenian dalam negeri ditengarai sebab dua hal, yaitu kurangnya kemampuan komunikasi dan infrastruktur kesenian. Demikian itu dikatakan oleh aktor kawakan ternama, Butet Kertaredjasa dalam konferensi pers Workshop Manajemen Pertunjukan di Djarum OASIS Kretek Factory, Sabtu (17/02/18).
“Banyak minat dan gagasan pemuda kita terhambat oleh dua hal itu,” ujar pendiri Teater Gandrik Yogyakarta itu.
Menurutnya para seniman harus memiliki ilmu komunikasi yang mumpuni agar gagasan karya yang dimiliki bisa sampai kepada khalayak umum. Terlebih kepada pihak yang hendak menyeponsori atau funding yang membiayai proses kreatif seni.
“Workshop semacam ini diadakan untuk memberi pengalaman dan pembekalan kepada para seniman agar mampu mengelola seni pertunjukan secara profesional,” jelasnya.
Soal infrastruktur kesenian ia berpendapat ada keterlambatan dari pemerintah Republik Indonesia menyadari hal itu sebagai suatu kepentingan publik. Justru hal ini lebih banyak dibangun oleh pihak swasta yang peduli dengan seni dan budaya.
“Jadi seharusnya pemerintah ini malu, kok malah swasta yang perhatian sama kebudayaan,” katanya.
Kendati begitu, ia optimis bahwa masa depan seni budaya di Indonesia bakal cerah. Pasalnya beberapa kebijakan mengenai itu telah dirumuskan dan mulai dilaksanakan. Pun juga geliat generasi muda yang semangat dengan ide yang kreatif.
“Sepertinya bibit-bibit seniman masa depan kita bakal baik dan cerah, tinggal bagaimana kesungguhan mereka,” imbuh Butet.
Direktur Eksekutif Padepokan Seni Bagong Kusuadiarja (PSBK), Jeannie Park, menyampaikan empat nilai yang harus dimiliki oleh seniman muda Indonesia. Yaitu kreatif, kerja keras, terus belajar dan komitmen yang tinggi. Menurutnya keempat nilai itu rata-rata telah dimiliki oleh para seniman kaliber.
“Seperti mas Butet ini, selalu bekerja keras dalam mencapai target karya seninya,” kata Jeannie. (rid)