
Uthlubu al-‘ilma wa lau bi al-shiin. (Tuntut atau carilah ilmu walaupun sampai ke negri China). Demikin Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu hadisnya.
Hadis tersebut, nampak sangat kontekstual di era kekinian, dengan persaingan global dalam segala dimensi yang tak terelakkan. Persaingan global, yang memaksa negara-negara dunia ketiga menjadi “obyek” dan bisa berafiliasi dengan negara-negara adidaya seperti Amerika, China dan Rusia, yang sejatinya mereka sedang (melakukan) perang ekonomi; peperangan ekonomi yang berpotensi menggilas dan melibas negara mana pun.
Amerika yang selama ini menepuk dada sebagai negara super power atau adidaya, tiba-tiba “terseok-seok” menghadapi China, yang kini telah menawarkan program global “jalan sutra”, yaitu program supremasi ekonomi, bukan perlombaan senjata, sebagaima yang dilakukan Amerika selama ini.
Selama ini, Amerika, di manapun, sebisa mungkin menciptakan “perang semu” di negara-negara dunia ketiga demi terjualnya senjata. Berbeda dengan China, yang secara massif menciptakan peluang-peluang dan pemasaran hasil produk ekonominya ke seluruh dunia.
Tak pelak, Amerika pun “merasa kecolongan tingkat dewa” dalam hal strategi global ini, sehingga “peperangan global” ini tumbuh menjadi sentimen global dalam konteks wong Jawa; Amerika sekarang ini baru melancarkan strategi ‘golek suwuk’ atau mencari ‘jimat’ agar China (pesaingnya) dagangannya tidak laku.
Dan sekarang ini, ‘suwuk’ Amerika adalah bagaimana menumbali negara-negara dunia ke tiga dengan sebuah ‘jimat’ yang pamornya ‘singkir China’, untuk memengaruhi konsumen, supaya negara-negara dunia ketiga ngedohi (membenci) China yang gencar menjual produk-produknya ke luar negeri.
Sebenarnya, model (cara) seperti ini, jika kita mau belajar pada budaya pedagang di pasar-pasar, nampak sama dan ada kesamaan, hanya jika pedagang di pasar-pasar ‘suwuknya’ yang berupa ‘jimat’ dengan pamor ‘singkirnya’ antarpedagang tingkat lokal, sedang pada tingkat global, suwuk dengan pamor berskala global. He he he …
Kita yang nddolor tentang realitas global seperti ini, setidaknya bisa memahami bagaimana orang-orang di sekitar kita, bisa “ikut berperan”. Apakah mereka termasuk bagian dari suwuk Amerika, atau bagian dari suwuk China.
Atau, bahkan kita mampu memainkan suwuk Indonesia yang mengglobal, yaitu dengan memanfaatkan bagaimana cara ‘’meramu’’ sekaligus menciptakan vaksin resolusi konflik terhadap suwuk Amerika dan suwuk China, sehingga Indonesia bisa tampil sebagai pemenangnya. (H. Hisyam Zamroni, wakil ketua PCNU Kabupaten Jepara, Jawa Tengah)