Sedari Dini melakukan Investasi Kesehatan

0
1435
M. Khasan Sumarhadi/ Foto: dokumentasi pribadi

BELAKANGAN, seringkali kita dengar orang – orang di sekeliling menderita penyakit – penyakit berat seperti reumatik, diabetes, radang usus, bahkan kanker. Padahal dulu, penyakit – penyakit itu lazim diderita seumuran kakek – nenek kita. Deretan penyakit yang lazim mulai kita dengar, didominasi oleh penyakit autoimun.

Dilansir Better Health, penyakit autoimun merupakan suatu kondisi, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Sistem kekebalan tubuh terdiri dari kumpulan sel khusus dan bahan kimia, yang melawan agen penyebab infeksi seperti bakteri dan virus.

Studi yang dilakukan Marisza Cardoba Foundation (MCF), mencatat, jumlah penyakit autoimun di Indonesia pada 2019 mencapai 15,5% dari total penduduk, di mana 80% – nya adalah perempuan usia produktif.

Perlu dipahami, sistem kekebalan tubuh yang sehat, akan melindungi tubuh dari penyakit dan infeksi. Akan tetapi, jika tak berfungsi sebagaimana mestinya, sistem kekebalan tubuh akan keliru menyerang sel, jaringan, dan organ sehat tubuh. Serangan – serangan tersebut akan memengaruhi dan melemahkan organ tubuh, dan bisa mengancam keselamatan jiwa.

Dikutip dari National Institute of Environmental Health Science, para peneliti mengaku belum mengetahui secara persis, apa penyebab penyakit autoimun pada manusia. Tetapi genetika, diet, gender, hormon seks, infeksi dan paparan bahan kimia, sangat mungkin terlibat dalam penyakit ini. Gangguan autoimun yang terjadi, pada umumnya tak dapat disembuhkan. Namun dalam banyak kasus, dapat disembuhkan.

Perlu dipahami pula, bahwa buruknya gaya hidup, tanpa kita sadari, ternyata ikut terlibat dalam proses penyebab penyakit. Seperti paparan zat kimia berupa bahan pengawet, pemanis buatan, ritme hidup urban yang semakin sibuk, ditambah paparan polusi yang semakin meningkat.

Hal itu menyebabkan stres pada fisik dan mental seseorang. Dan kebiasaan buruk itu, juga berkontribusi pada turunnya imunitas seseorang, sehingga mudah terpapar penyakit. Baik autoimun, degenerative, maupun infeksi virus dan bakteri.

Paradigma Mengesampingkan Kesehatan

Sebagian besar masyarakat perkotaan yang berprofesi sebagai karyawan, asuransi kesehatan merupakan salah satu benefit yang didapatkan sebagai karyawan. Situasi ini membuat banyak orang mengesampingkan kesehatanya, lantaran merasa urusan kesehatan ditanggung oleh asuransi.

Padahal, berbicara tentang menjaga kesehatan, tak melulu selalu berhubungan dengan biaya kesehatan yang harus di keluarkan, namun juga menyangkut kesehatan jangka panjang dan kualitas generasi penerus yang kita hasilkan.

World Health Organization (WHO) pada 1948 mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah kesejahteraan fisik, sosial, dan mental yang lengkap, dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan, yang disebut dengan segitiga kesehatan.

Menurut Piagam Ottawa, kesehatan memiliki prasyarat – prasyarat tertentu, yaitu meliputi perdamaian, sumber daya ekonomi yang memadai, makanan dan tempat tinggal, ekosistem yang stabil, dan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.

Maka rendahnya tingkat kesadaran dalam menjaga kesehatan dan kesalahan paradigma dalam memahani masalah kesehatan, adalah persoalan besar dalam membangun kesejahteraan di masa depan.

Dengan bahasa sederhana, gaya hidup sehat mestinya menjadi kebiasaan, sebagai investasi kesehatan yang harus dipupuk sedari dini. Wallahu a’lam.

Mukhammad Khasan Sumarhadi, penulis adalah mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Comments