Museum Purbakala Patiayam, Tempat Edukasi Sejarah Kehidupan Purba di Lereng Gunung Muria

0
115
Musium Patiayam menyimpan fosil-fosil purbakala di lereng gunung Muria

KUDUS,Suaranahdliyin.com – Situs Patiayam merupakan daerah pegunungan yang terletak di lereng selatan gunung Muria. Secara administratif situs sebagian besar berada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus dan sebagian lagi berada di wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Secara fisiografi situs Patiayam termasuk zona gunung api Kwarter dan zona dataran Alluvial Jawa Utara. Oleh karena itu bentang lahan daerah ini merupakan daerah perbukitan dan daerah dataran. Sedangkan secara morfologi situs patiayam merupakan sebuah kubah dengan puncak tertingginya yaitu bukit patihan yang berada di 350 m di atas permukaan laut.

Dalam museum itu terdapat penjelasan bahwa Situs Patiayam seringkali menjadi obyek penelitian oleh beberapa peneliti. Antara lain Raden Saleh (Intelektual, pelukis Naturalis), Frans Wilhelm Junghuhn (Mengumpulkan Fosil di pegunungan Patiayam dan Kendeng), De winter (melakukan ekspedisi dan mengumpulkan fosil), Van Es (menemukan 9 jenis sisa vertebrata di pegunungan Patiayam), Sartono (menemukan 17 spesies vertebrata dan sisa manusia berupa gigi geraham dan pecahan tengkorak).

Kemudian Truman Simanjuntak mengamati muka tanah di sepanjang sungai Balong dan ampo). untuk penelitian dan penemuan-penemuan tersebut sekarang ditempatkan pada museum situs purbakala pak yayam untuk bentuk mengamankan cagar budaya.

Pendamping edukasi museum Siti Asmah sebagai menjelaskan bahwa fungsi museum ini untuk menampung benda cagar budaya yaitu fragmen-fragmen hewan purba yang pernah ada di kawasan situs Patiayam untuk digunakannya edukasi anak PAUD sampai mahasiswa.

“Selain sebagai sarana edukasi dan pembelajaran, museum ini juga memiliki peran penting bagi masyarakat luas.”ujarnya.

Ia menjelaskan edukasi pembelajaran juga untuk memberikan pemahaman tentang kehidupan di masa lampau sebelum keberadaan manusia saat ini, sehingga masyarakat dapat mengenal sejarah alam, memahami proses terbentuknya kehidupan.

“Dan juga bisa menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan purbakala sebagai warisan bersama.”terangnya.

“Fosil-fosil disini bisa memperkuat bukti sehingga perlu disimpan dan dimuseumkan biar masyarakat melihat dan melestarikan, seperti halnya fosil hewan laut fosil fauna darat dan banyak fosil lainnya”imbuh Siti Asmah.(*)

Nurul Badriyah, Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) UIN Sunan Kudus

Comments