KUDUS, Suaranahdliyin.com – Belum lama ini, Lakpesdam NU Kabupaten Kudus menyelenggarakan halalbihalal virtual, dengan menggandeng sejumlah tokoh. Halalbihalal virtual dilakukan melalui aplikasi zoom meeting yang belakangan kian tenar.
Sedang para tokoh yang didaulat menjadi narasumber adalah Drs. H.M. Asyrofi Masyito (Ketua Tanfidhiyah PCNU Kudus), Nyai Ala’i Nadjib MA (Lakpesdam PBNU), Dr. H. Mundakir M.Ag (Rektor IAIN Kudus), Dr. H. Suparnyo SH. MS. (Rektor UMK), Dr. H. Kisbiyanto M.Pd. (Sekretaris PCNU Kudus) dan M. Falikhul Isbah Ph.D. (Dept. Sosiologi, Universitas Gajah Mada).
H. Nur Said, moderator yang juga ketua Lakpesdam NU Kudus, mengutarakan, bahwa pandemi Virus Corona (Covid – 19) telah memorakporandakan tata aturan lama di berbagai aspek kehidupan.
‘’Menyikapi hal itu, semua pihak tidak harus lari. Tetapi justru harus cerdas menghadapinya. Maka perlu bergandeng tangan untuk berkolaborasi menuju normal baru (new nomal),’’ kata ketua umum IKSAB TBS Kudus itu.
KH. Ma’shum AK, salah satu sesepuh NU di Kabupaten Kudus, yang didaulat menyampaikan taushiah, mengingatkan supaya jangan lupa (eling), bahwa semua kejadian, termasuk pageblug Corona, hakikatnya dari Allah.
‘’Itu sebagai ujian kehidupan, agar kita dinaikkan derajatnya. Juga segala yang kita lakukan harus diniati untuk ibadah kepadaNya, termasuk dalam Khidmah di NU. Dan yang terpenting, harus istikamah dalam iman, Islam dan ihsan,’’ tuturnya.
Nyai Ala’i Najib MA (Lakpesdam PBNU), mengemukakan kegalauannya tentang perspektif relasi gender dalam pendidikan NU. Dia pun menyinggung tentang dominasi laki-laki yang menonjol dalam pembelajaran fikih perempuan, termasuk menyangkut hak-hak reproduksi (haidl, nifas, hamil, melahirkan, menyusui, dst), padahal perempuan yang mengalaminya, sehingga sering bias gender ketika laki-laki yang menjelaskan.
‘’Termasuk satu fakta, jamaah perempuan lebih banyak tetapi kebutuhan toilet di masjid, langgar atau musala cenderung hanya terkesan ruang sisa dan tersembunyi, yang terkadang menakutkan. Ini bisa jadi karena faktor struktur takmir masjid selama ini, cenderung laki-laki saja, sehingga suara (pendapat) perempuan nyaris tak terdengar,’’ katanya.
Dr H Suparnyo, Rektor Universitas Muria Kudus (UMK), menekankan pentingnya membangun jaringan global. ‘’Untuk masa depan pendidikan tinggi NU, penting membangun jaringan lintas lembaga secara global, di samping juga manajemen SDM yang qualified,’’ paparnya.
Tokoh lain, Falikul Isbah Ph.D. (UGM), mengulas tentang praktik terbaik gerakan ekonomi pesantren di Jawa. Sedang Dr. H. Kisbiyanto M.Pd (sekretaris PCNU Kabupaten udus), menegaskan pentingnya melestarikan tiga distingsi pesantren yang harus dipertahankan dan dikembangkan; tafaqquh fi al-din, peran dakwah Islam ramah dan peran pemberdayaan.
Tokoh muda NU Kudus, dokter Hakam, pada momentum ini menyampaikan kiat sehat memasuki era New Normal. Menurutnya, termasuk tanda-tanda awal orang terpapar Corona, dari review umum, diketahui adanya kehilangan indera perasa di lidah, yang secara bertahap mulai menghilang.
‘’Kalau tanda-tanda seperti itu, kita semua harus super waspada. Semoga kita semua sehat selalu,’’ ujarnya dalam halalbihalal virtual yang diinisiasi Lakpesdam NU Kabupaten Kudus itu. (rls, luh, mail/ ros, gie, rid, adb)