Madrasah Diniyah merupakan salah satu pilar penting dalam innternalisasi nilai-nilai keagamaan kepada generasi muda. Tak pelak, keberadaannya pun sangat penting untuk dijaga dan dipertahankan.
KH. Muhdi Ahmad mengutarakan, Madin adalah lembaga pendidikan Islam warisan para kiai dan ulama terdahulu, sehingga tidak ada alasan untuk tidak merawatnya. “Merawat dan mengelola Madin adalah kewajiban. Paling tidak, inilah amanat guru saya, KH. Sya’roni Ahmadi,” katanya.
Sependapat dengan KH. Muhdi Ahmad, kepala Madin Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, KH. Miftahul Anwar. Dalam pandangannya, mempertahankan eksistensi Madin merupakan adalah hal yang tidak bisa ditawar.
Apalagi dalam sejarah panjang keberadaannya, Madin telah berkontribusi memberikan dalam memberikan pemahaman agama yang memadai dari masa ke masa. “Mereka yang pernah belajar di Madin, bisa dipastikan lebih bermanfaat di masyarakat. Itu lantaran keikhlasan dan sanad keilmuan yang muttasil dari guru-guru yang mengajarnya,” terang KH. Miftahul Anwar, Selasa (5/9/2017) lalu.
Ditemui pagi hari di kediamannya, Yi Miftah –sapaannya- juga mengungkap sejarah dan alasan mengapa Madin harus bertahan. Madin Mu’awanatul Muslimin, katanya menyontohkan, didirikan pada 1818 M oleh KH Abdullah Sajad, bermula dari pengajian di teras musala Kenepan.
“Dalam perkembangannya, KH Abdullah Sajad dibantu oleh KH. Arwani Amin, putranya, hingga pengajian itu kemudian banyak diminati masyarakat. Selanjutnya, pengelolaan Madin itu dipasrahkan kepada KH. R. Asnawi, dan periode selanjutnya diserahkan KH. Arwani Amin. Jadi secara sanad kelimuan, nyambung,” Kiai Miftah bercerita.
Adanya sanad keilmuan yang tidak putus itulah, yang menjadi kelebihan pendidikan agama di Madin. Dalam hal pendidikan agama, sanad merupakan pengikat, sehingga seorang santri tidak gegabah dalam beragama dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya, Yi Miftah menuturkan kondisi madrasah diniyyah yang dipimpinnya masih stagnan dan justru cenderung meningkat. Hal itu diklaim sebab adanya program unggulan yang ditawarkan oleh madin kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, untuk Madin Kenepan, masih terjaga dan santrinya juga cukup banyak. Di sini antara lain diajarkan syari’at, tauhid, al-Quran, tata Bahasa Arab, dan ilmu falak. Ini salah satu keunggulan Madin. Dan ke depan, perlu juga memikirkan, bagaimana agar Madin untuk juga punya program unggulan,’’ tuturnya. (Farid)