Udara yang sejuk mengiringi Suara Nadliyin untuk segera sampai di madrasah vokasi di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus: Madrasah Aliyah NU Raden Umar Sa’id. Madarasah ini berada di ketinggian rata-rata 900 m di atas permukaan air laut (mdpl), di desa yang berbatasan dengan Desa Japan dan Desa Kajar.
Semangat mengembangkan pendidikan berbasis Islam di lereng Muria ini, terilhami dari keinginan KH. Abdul Haris, tokoh masyarakat setempat, mendirikan sebuah madrasah sebagai kawah candradimuka mendidik generasi bangsa yang religius, cerdas dan berkarakter.
Untuk merealisasikan berdirinya madrasah, pada 2004, KH. Abdul Haris mengumpulkan tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh akademisi untuk bermusyawarah. Hadir waktu itu, antara lain KH. Muhtadi A. Ma, KH. Hasyim, dan K. Salman, yang membuahkan kesepakatan mendirikan MA NU Raden Umar Sa’id.
Pertama berdiri, madrasah ini oleh KH. Abdul Haris pada 2005. Setelah itu, kepemimpinan madrasah dipegang oleh M. Zaenul Anwar S.Pd.I MM hingga sekarang. MA NU Raden Umar Sa’id hadir sebagai sekolah vokasi (keterampilan).
Sebagai sekolah vokasi, peserta didik disiapkan agar memiliki keterampilan mumpuni. Dengan tujuan, ketika lulusannya tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, bisa membuka lapangan kerja sendiri.
“Kami memberikan beragam keterampilan kepada peserta didik. Antara lain pelatihan membuat gantungan kunci, bross, vas bunga, bunga plastik, dan sandal hias sebagai materi pembelajaran kewirausahaan,” terangnya, Selasa (5/9/2017).
Selain itu, katanya, ada ekstrakurikuler untuk menunjang skill peserta didik. “Yang cukup menarik perhatian, yaitu ekstrakurikuler membatik yang sudah berjalan dua tahun terakhir,” ungkapnya.
Batik menjadi warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah diakui UNESCO. Tak pelak, produk batik menjadi satu produk unggulan yang sangat potensial dikembangkan. Ini pula yang mengilhami pemilihan batik sebagai ekstrakurikuler unggulan, yang telah menghasilkan antara lain batik motif tarian anggrek dan burung kesepian.
“Dalam mendampingi anak-anak di ekstrakurikuler membatik ini, kami menggunakan konsep ‘GILA’, yaitu Gali Ide Langsung Aksi, dengan pendamping dari Sanggar Batik Manjing Werni, yaitu Triyanto (Ribut), Himawati, dan Teguh,” tutur M. Zaenul Anwar. “Di bawah asuhan Ribut dan teman-temannya itu, para peserta didik pun sudah mampu mengelola sanggar sendiri, yaitu Sanggar Batik Manurus,” terangnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, MA NU Raden Umar Sa’id pun kian dikenal masyarakat. Berbagai prestasi juga sudah banyak ditorehkan, antara lain juara I olimpiade ke-NU-an se-Kudus, juara I olimpiade Akuntansi se-Kudus, juara I olimpiade Sosiologi se-Kudus, serta juara I pencak silat Porsema NU Putra kategori D.
“Mendampingi peserta didik agar religius, cerdas, berkarakter dan berprestasi, memang telah menjadi komitmen bersama guru dan segenap pengelola madrasah ini, agar para lulusannya menjadi generasi bangsa yang bisa berperan positif dalam berbagai bidang,” katanya. (Yaumis Salam)