RIYADH, Suaranahdliyin.com – Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang dan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara melakukan perjalanan ke Arab Saudi, untuk melakukan penguatan moderasi beragama di Sekolah Indonesia Riyadh (SIR).
Perjalanan akademik itu dilakukan oleh Ma’as Shobirin (Unwahas) Semarang dan Dr Fathur Rohman MPdI (Unisnu Jepara), atas fasilitasi hibah program Pengabdian kepada Masyarakat Kolaboratif Internasional dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama RI. Kegiatan yang dilakukan selama dua pekan, ini melibatkan beberapa mitra pengabdian di Arab Saudi.
Sebelumnya, tim pegabdian silaturahmi kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI, Badrus Sholeh PhD, untuk mendapatkan data awal seputar perkembangan pendidikan di Arab Saudi, sekaligus untuk wawancara dengan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Dr Abdul Aziz Ahmad.
Perbincangan dengan Duta Besar di Kantor KBRI Riyadh selama sekira 1,5 jam itu, terkait seputar kerja sama antara Indonesia dengan Arab Saudi, serta kebijakan yang dirumuskan dalam mendukung program moderasi beragama, utamanya dalam konteks pindidikan.
Arab Saudi sendiri dipilih sebagai lokasi pengabdian, lantara antara Indonesia dan Arab Saudi memiliki kesamaan visi dalam memperjuangkan Islam wasathiyah, guna menghadirkan iklim perdamaian bagi seluruh masyarakat dunia.
Di Arab Saudi, Indonesia memiliki tiga sekolah, yakni di Jeddah, Mekah dan Riyadh. Namun, tim pengabdian memilih Riyadh sebagai pilot project, dalam upaya menyemai moderasi beragama. Selain itu, juga melakukan kunjungan akademik di Sekolah Indonesia Mekkah.
Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) adalah lembaga pendidikan formal, yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh. Pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dan Komite Sekolah. Jenjang pendidikannya mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA. Keunggulannya antara lain komunikasi dengan Bahasa Arab, Bahasa Inggris serta penguasaan teknologi informasi (IT).
Ma’as Shobirin, ketua tim pengabdian, mengutarakan, moderasi beragama penting dikenalkan kepada seluruh warga Indonesia, tak terkecuali mereka yang berada di luar negeri. Lembaga pendidikan Indonesia di luar Negeri, memiliki peran strategis untuk mengampanyekan moderasi beragama di sana.
“Kami berharap, Sekolah Indonesia Riyadh nanti akan menjadi agen moderasi beragama di Arab Saudi, serta menjadi pionir dalam implementasi nilai-nilai moderasi beragama dan nasionalisme di luar Negeri,” katanya.
Mustajib MPd, kepala Sekolah Indonesia Riyadh, mengapresiasi adanya pengabdian ini, dan berharap bisa menjadi pemantik bagi warga sekolah untuk menjadi lebih baik, khususnya dalam menerapkan nilai-nilai agama yang moderat dan toleran.
“Kami menyambut baik program ini. Penguatan moderasi beragama sangatlah penting, terlebih bagi warga Negara yang tinggal di luar Negeri, agar tidak tercerabut dari identitas dan akar budayanya sebagai warga Indonesia,” ujarnya. (lum/ ros, rid, adb)