Kader PKPT IPNU – IPPNU UM Diminta Tak Lupa Perjuangan Ulama

0
1602
Foto bersama usai ziarah.

MALANG, Suaranahdliyin.com – Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU – IPPNU) Universitas Negeri Malang (UM), mengajak kadernya untuk meneladani peran dan perjuangan para ulama, Ahad (10/3/2019).

Dalam rangka menghargai perjuangan para ulama itulah, para kader diajak menziarahi malam para salafus sholihin yang ada di Kota Malang. Antara lain ke makam KH. Muhammad Yahya (Ponpes Miftahul Huda), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih dan Prof. Dr. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Pemakaman Kasin) serta KH. A. Masduqi (Ponpes Nurul Huda).

“Sebagai kader Nahdlatul Ulama, IPNU – IPPNU jangan sampai menjauh dan melupakan ulama, apalagi sampai tidak mengenalnya,” ujar Fatus Atho’ul Malik, Ketua PKPT IPNU terpilih UM.

Fatus mengemukakan, banyak keteladanan dari para ulama yang sangat disegani di masa hidupnya, baik terkait habl min Allah maupun habl min al-nas. ‘’Kader IPNU – IPPNU di kota ini jangan sampai ‘kepaten obor’, terputus tali sejarah dengan tidak mengenal siapa tokoh besar yang menjadi panutan ummat di Kota Malang,’’ ungkapnya.

KH. Muhammad Yahya, misalnya. Adalah pengasuh generasi ketiga Ponpes Miftahul Huda Malang, salah satu pondok tertua di Indonesia yang telah berdiri pada 1768. Beliau merupakan mursyid thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah yang ikut berjuang dalam melawan penjajah pada masanya.

Lalu Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih dan putranya Prof. Dr. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, adalah dua ulama ahli hadis. Habib Abdul Qodir merintis dakwah serta mendirikan pesantren yang diberi nama Darul Hadist Al Faqihiyyah pada 1945. Sepeninggalnya, perjuangannya dilanjutkan oleh putranya, Prof. Dr. Habib Abdullah Bilfaqih.

Kemudian KH. A. Masduqi, salah satu Rois Syuriyah PBNU pada masanya dan merupakan sahabat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). KH. A. Masduqi yang wafat pada 2014, adalah pendiri ponpes yang diberi nama Ponpes Nurul Huda, yang hampir semua santrinya dari kalangan mahasiawa.

Sementara itu, ziarah ditutup dengan sowan ke ndalem pengasuh Ponpes Nurul Huda, KH. Taqiyyuddin Alawi (putra KH. A. Masduqi). “IPNU IPPNU harus menjadi bentengnya NU. Ke depan kalian lah yang akan menjadi penerus organisasi NU. Jangan mudah termakan hoaks dan fitnah yang menyerang NU. Setiap ada berita yang menyudutkan NU, bertabayunlah dan cari informasi yang benar,” tutur KH. Taqiyyuddin Alawi. (faisal muzakki/ adb, ros)

Comments