Belajar dari Situs Sejarah  

0
882
Ribuan santri saat mengikuti apel HSN 2022 di Alun-alun Simpang 7 Kudus, Sabtu (22/10) pagi

Generasi muda bangsa, tak terkecuali santri/ santriyah dan mahasantri, perlu senantiasa meningkatan kapasitas akademik – intelektual dan soft skill sesuai minatnya.

Untuk itu, perlu kesadaran generasi muda agar peningkatan kapasitas akademik – intelektual dan soft skill, tidak hanya dalam angan saja. Tetapi bisa mewujud berkat belajar yang keras dan tekun.

Salah satu yang penting ditingkatkan dan tidak boleh diabaikan dalam konteks kekinian adalah soal literasi. Untuk itu, mereka tidak bisa sendiri. melainkan butuh bimbingan dan pendampingan kiai atau ustaznya.

Meski tidak mudah, namun itu bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Kreativitas dan inovasi-inovasi perlu dilakukan, untuk mengisi kegiatan-kegiatan kesantrian agar tidak sekadar “terjerembab” pada rutinitas yang formalistik semata.

Salah satu  yang bisa dilakukan, yaitu dengan melakukan jelajah jejak-jejak sejarah yang ada di lingkungan santri/ santriyan serta mahasantri berada, serta rajin mengunjungi (sowan) kepada tokoh-tokoh lokal.

Melakukan penjelajahan ke jejak-jejak sejarah dan rajin mengunjungi tokoh-tokoh lokal, bagi santri sangat penting, karena bisa memunculkan inspirasi-inspirasi dan meningkatkan wawasan mereka.

Perlu disadari, bahwa jejak –situs- sejarah dan tokoh-tokoh lokal yang bisa diteladani dan dijadikan pembelajaran, ada hampir di setiap kota di negeri ini. Dengan diajak berkunjung, maka santri/ santriyah serta mahasantri bisa menggali informasi yang sangat berharga dalam pengembangan wawasan dan keilmuan mereka.

Di Kabupaten Kudus, misalnya. Ada Menara Kudus yang merupakan situs sejarah dan budaya peninggalan salah satu anggota Wali Songo: Sunan Kudus. Tentu akan banyak hal yang bisa dipelajari dari keberadaan situs sejarah tersebut.

Menara Kudus sendiri, dilihat dari arsitekturalnya yang mirip candi, juga menyimpan pelajaran berharga untuk saling mengormati satu dengan lainnya, tanpa memandang agama atau keyakinannya.

Selain itu, di Kudus juga ada makam RMP Sosrokartono di kompleks makam Sedomukti. Siapa RMP Sosrokartono? Dialah kakak kandung tokoh feminis Indonesia: RA Kartini. Dialah inspirasi RA Kartini dalam belajar banyak hal, termasuk dialah yang berkontribusi besar memberikan buku-buku dan majalah-majalah yang menjadi ‘’santapan’’ Kartini dalam tembok tinggi yang membatasi ruang geraknya sebagai perempuan Jawa, waktu itu.

Kakak dari Kartini ini juga merupakan salah satu guru Presiden RI pertama, Ir Soekarno (Bung Karno), sekaligus orang pertama asal Indonesia (dulu: Hindia Belanda) yang meraih gelar Sarjana di Leiden (Belanda).

Tak cukup di situ, RMP Sosrokartono yang menguasai lebih dari 24 bahasa, adalah penerjemah resmi Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Sewaktu LBB ini dibubarkan, kemudian lahirlah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Di Kabupaten Jepara, ada jejak sejarah tentang Ratu Shima, seorang ratu yang dikenal sebagai pribadi yang sangat bijak dan tegas dalam menegakkan aturan-aturan yang ada.

Ada juga Museum Kartini, yang di dalamnya tersimpan ragam pemikiran dan perjuangan RA Kartini bagi kaum dan bangsanya. Museum Kartini ini juga menyimpan spirit literasi Kartini yang sangat luar biasa.

Beralih ke Kota Semarang, ada Kelenteng (Laksamana) Sam Po Kong (Cheng Ho), seorang muslim, yang pada masanya, telah memimpin muhibah dari negaranya (China) ke Nusantara.

Situs (jejak) sejarah dan tokoh-tokoh yang dinukil di atas, mengandung nilai sejarah dan keteladanan yang sangat luar biasa berharga baik dalam peningkatan akademik – intelektual maupun pembangunan karakter bagi generasi bangsa, khususnya santri/ santriyah dan mahasantri.

Ya, dengan mengajak santri/ santriyah dan mahasantri untuk mengunjungi jejak-jejak sejarah sebagaimana di atas, tentu akan lebih memberikan kesan tersendiri bagi mereka, sehingga dalam menyerap informasi dan beragam keteladanan, akan lebih maksimal. Wallahu a’lam. (redaksi)

 

Comments