Ancaman Terorisme Siber Nyata, Ini Pesan Kepala BNPT di UIN Walisongo

0
59
Kepala BNPT ceramah di UIN Walisongo Semarang

SEMARANG,Suaranahdliyin.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono, S.I.M., M.H., mengajak mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang untuk menjaga Indonesia dari ancaman radikalisme dan terorisme.

“Ancaman terorisme di dunia siber itu nyata,” katanya dalam kegiatan Penguatan Kampus Kebangsaan “Jaga Kampus Kita” di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang melalui FKPT Jawa Tengah Tahun Anggaran 2025 di ruang Teaterikal Rektorat UIN Walosongo Semarang, Kamis (23/10/2025).

“Maka, sekali lagi, saya mengajak sekali lagi kepada semua mahasiswa UIN Walisongo untuk menjaga Indonesia dari ancaman terorisme dan radikalisme,” ajaknya.

Kepala BNPT juga menegaskan, bahwa di Indonesia secara regulatif sudah jelas tentang terorisme dan penanggulangannya. “Di berbagai negara, definisi terorisme itu beragam, tapi hanya di Indonesia yang sudah jelas diatur dalam regulasi,” lanjutnya.

Pihaknya menjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 bahwa definis, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Untuk mendukung itu, Kepala BNPT menjelaskan bahwa tugas mahasiswa adalah Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan-pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “Kita adalah KKN, ada namanya Desa Siaga, ini sudah terlaksana di beberapa UIN termasuk di Cirebon. Harapannya ke depan juga kita bisa kerjasama dengan UIN Walisongo,” katanya.

Sementara itu, Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag., dalam sambutannya di awal juga mengajak seluruh mahasiawa untuk menjaga UIN dari faham radikalisme. “Siap ya untuk jaga UIN dari radikalisme?,” ajaknya.

Rektor mengatakan, sebenarnya terorisme lahir dari cara pandang yang salah. “Sebenarnya lahirnya terorisme bisa berangkat dari teori pendidikan, yaitu cara pandang dari pengetahuan, sikap dan keterampilan atau kognifi, afeksi, dan perilaku. Kalau cara itu pandangnya moderat maka dipastikan dia moderat. Ketika cara pandang salah, sikapnya salah, dan perilakunya salah,” lanjut dia.

Berbeda cara pandang itu tidak masalah, lanjutnya, dibolehkan dalam agama, tapi kalau orang yang tidak menghargai perbedaan cara pandang akan cenderung radikal. “Cara pandang yang ekstrem itu menafikan kemanusiaan,” katanya.

Sementara itu, disaat Kepala BNPT menyampaikan paparan materi, Mitra Deradikalisasi BNPT, Firman Arifianto, S.Pd., M.H., menceritakan pengalamannya ketika dulu masuk ke jaringan radikalisme. “Saya dulu tahun 2012 salaman dan bait dengan JI yang kemarin sudah dibubarkan,” katanya.

Ia juga menceritakan, bahwa pola perekrutan kader saat itu tidak melalui kampus tapi melalui pesantren. “Zaman dulu perekrutan lewat pondok atau mahad melalui narasi-narasi konflik di Palestina, Gaza, Vietnam, Thailand, saat itu saya merasa marah dan ingin membela saudara-saudara muslim kita di sana,” lanjut dia.

Saya pernah berangkat ke Syuriah, kata dia, dan akhirnya ditangkap. Saya tidak ingin mahasiswa UIN Walisongo seperti saya. “Cukup saya saja,” kata dia.

“Semoga mahasiswa UIN Walisongo terhindar radikalisme terorisme. Sekali lagi, jangan sampai terpapar radikalisme,” lanjut dia.

Dalam kesempatan itu, hadir pula Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradilaisasi BNPT Mayjen TNI Sudaryanto, S.E., M. Han., Direktur Pencegahan BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Dr. Harianto, SPd., M.Pd., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni UIN Walisongo Dr. H. A.Hasan Asy’ari Ulama’i, M.Ag., Dekan Fakultas Kedokteran UIN Walisongo dr.Sugeng Ibrahim, M.Biomed, AAM., Ketua FKPT Jateng Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., dosen dan 600 mahasiswa UIN Walisongo.(rls/adb)

Comments