Amanat Maulid Pekalongan, Sadari dan Syukuri Adanya Nabi Muhammad

0
1397
Jamaah dari berbagai penjuru kota hadir dalam Maulid Akbar di Majelis Kanzus Sholawat, Pekalongan

PEKALONGAN, Suaranahdliyin.com – Nabi Muhammad tidak sekadar sumber ataupun pintu kebaikan, namun beliau adalah nilai-nilai kebaikan itu sendiri. Semua kebaikan di dunia dan akhirat, baik secara lahir maupun batin, dikumpulkan oleh Allah dalam sosok Nabi Muhammad.

Demikian itu disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Manba’ul Huda Pajomblangan, Kedungwuni, Pekalongan, KH. M. Adib Kiromi, dalam tausyiyah Maulid Akbar Kanzus Sholawat di Kota Pekalongan, Ahad (14/11/21).

Pada kesempatan itu, KH. Adib banyak mengutip maqalah Syaikh Tajudin ibn ‘Ataillah As-Sakandary untuk menerangkan pentingnya memiliki kesadaran dan bersyukur atas diciptakannya Nabi Muhammad. Menurutnya, sikap sadar dan syukur tersebut adalah bukti mahabbah yang kemudian melahirkan perilaku untuk mengikuti (ittiba’) ajarannya.

“Maka mahabbah terbesar kita pada beliau (Nabi Muhammad-red) adalah mengakui adanya jasa Rasulullah di setiap kenikmatan yang kita peroleh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,” tutur KH. Adib.

Termasuk kenikmatan batin, KH. Adib melanjutkan, iman dan islam kita, bahkan nikmat sekecil apapun, semisal kesegaran meneguk air harus disadari sebagai jasa Nabi Muhammad. Kemudian, KH. Adib menjelaskan tanpa adanya Nabi Muhammad semua kenikmatan di dunia tidak akan pernah ada.

“Untuk itu, mutaba’ah Rasulillah harus kita ejawentahkan dalam perbuatan kita sehari-hari, bagaimana teladan Nabi ketika makan, tidur. Bahkan bagaimana cara Rasulullah dalam memimpin negara. Karena cara-cara Rasulullah itu lah yang terbaik,” jelas KH. Adib.

Lebih lanjut, KH. Adib menceritakan kisah seorang kiai yang selalu mengeluarkan sedekah beras yang dianggap sebagai beras kafarat. Ketika ditanya oleh santrinya, kiai tersebut membayar kafarat karena lupa melaksanakan teladan-teladan kecil yang diajarkan Rasulullah.

“Tadi saya tergesa-gesa ke masjid lalu pakai baju mendahulukan lengan kiri, padahal Nabi saya pakai tangan kanan, maka saya bayar kafarat,” kata KH. Adib menceritakan.

Menurut KH. Adib demikian itu adalah contoh dari kemauan besar untuk mengikuti Rasulullah. Maka ketika kita ingin memiliki kunci kebaikan dunia dan akhirat, kita harus ittiba’ Rasulillah. “Jika beliau makan dengan tangan kanan, kita harus pakai tangan kanan,” sebutnya.

Sementara itu, Habib Ahmad Al-Habsyi, mewakili keluarga Habib Luthfi, menegaskan untuk bisa ittiba’ seseorang harus terlebih dahulu kenal dengan Nabi Muhammad. Dan untuk mengenalnya, seseorang hendaknya mau mendatangi majelis yang di situ dibacakan salawat atau sirah maulid Nabi Muhammad.

“Dahulu, 1400an tahun yang lalu, orang mudah jika ingin tahu dan kenal Nabi, cukup melangkahkan kaki saja bertemu Nabi. Tapi sekarang dengan cara maulid seperti ini lah kita bisa mengenal Nabi, dan meningkatkan mahabbah kita kepada Nabi,” papar Habib Ahmad Al-Habsyi dari Solo. (M. Farid)

Comments