KUDUS, Suaranahdliyin.com – Masyarakat Kudus, khususnya kalangan santri, kembali berduka. Belum lama ini, salah satu kiai sepuh di Jekulo, yakni Kiai Abdurrauf bin Manshur, tutup usia.
Kiai Rauf –demikian sang kiai biasa disapa- adalah cucu dari waliyullah Mbah Sanusi. Istiqamah-nya dalam mengamalkan ilmu kepada para santri dan masyarakat luas, perlu menjadi teladan generasi sekarang.
Betapa tidak, di tengah kondisi fisiknya yang sudah melemah, namun Kiai Rauf mengajar di Madrasah Wustho Tarbiyyatus Shibyan, Jekulo. Selain mengajar di madrasah tersebut, ia juga menggelar pengajian setiap Selasa siang di kediamannya bagi masyarakat sekitar.
”Menurut informasi, kebanyakan santri dan masyarakat yang rutin mengikuti pengajian setiap Selasa siang itu, berasal dari Dukuh Sintru, Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe,” terang Gus Muh. Mujab, pengasuh Pondok Pesantren Al-Yasir, Jekulo.
Namun lantaran kondisi fisik ipar dari KH. Mujahid Dahlan itu yang sudah tidak memungkinkan lagi mengajar, beberapa bulan terakhir, pengajian Selasanan itu digantikan oleh putranya, Gus Sanusi.
Kini, Kiai Abdurrauf bin Manshur sudah dipanggil ke rahmatullah. Namun jasa-jasa dan perjuangannya, akan senantiasa dikenang oleh masyarakat luas, khususnya para kiai dan santri-santrinya.
Kiai Rauf dimakamkan di maqbarah Jekulo Kauman, tepatnya di belakang masjid Baitussalam, tak jauh dari makam waliyyullah Mbah AdulJalil dan Mbah Abdul Qohar. Secara silsilah, Kiai Rauf tersambung hingga waliyyullah Mbah Suryokusumo di Boto Putih, Mejobo.
”Ada satu pesan yang senantiasa disampaikan Kiai Rauf kepada para santri dan masyarakat, ‘Yen awakmu dihormati wong, istighfaro’. (Jika kamu dihormati orang, beristighfarlah),’’ terang Mujab menambahkan. (gie/ ros)