JAKARTA, Suaranahdliyin.com – Keputusan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Sukarejo, Situbondo, 16 Rabiul Awwal 1404 H (21 Desember 1983), sebagaimana dikukuhkan dalam Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984, memuat tentang hubungan Pancasila dengan Islam.
Demikian disampaikan Ketua PBNU, H. Robikin Emhas melalui rilisnya. Dijelaskannya, Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.
‘’Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara Republik Indonesia, menurut Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam islam.
‘’Bagi NU, Islam adalah akidah dan syari’ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia,’’ jelasnya. ‘’Penerimaan dan pengamalan Pancasila, merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syari’at agamanya,’’ lanjutnya menambahkan.
Sebagai konsekuensi dari sikap NU tersebut, NU berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak. ‘’Mari kita amalkan Pancasila secara murni dan konsekuen. Jangan lagi ada yang memperhadapkan antara agama dengan Pancasila,’’ pintanya. (*/ros)